BBPP Lembang Gelar Workshop Siapkan Angkatan Kedua Alumni Magang Jepang

Berita, Nasional282 Dilihat

Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang kembali menggelar Workshop Training on Profit/Loss Calculation and Action Plan pada 4-6 Februari 2021. Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Peserta workshop adalah alumni magang Jepang dan dibagi ke dalam dua angkatan. Sebelumnya angkatan pertama telah melaksanakan training pada 2-4 Februari lalu. Masing-masing angkatan terdiri dari 25 orang peserta.

Acara pembukaan dimulai pukul 08.30 WIB, diikuti oleh perwakilan dari Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan) dan JICA secara virtual melalui Zoom Cloud Meeting. Mr. Takujiro Ito, Project Manager kegiatan Training on Profit/Loss Calculation and Action Plan, menyampaikan sambutan, beliau berharap agar para alumni magang Jepang dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari dan menyesuaikan dengan kondisi Indonesia. “Melalui training ini petani di Indonesia dapat memberikan referensi dan ilmu, guna meningkatkan produktivitas pertanian Indonesia,” jelasnya.

Selanjutnya Kepala BBPP Lembang, Kemal Mahfud, menyampaikan sambutan selamat datang sekaligus membuka acara. “Sebagai salah satu sektor yang tidak terguncang di tengah pandemi, kita harus tetap dapat mempertahankannya demi kepentingan bersama. Saya berharap peserta yang mayoritas generasi milenial dapat menjadi agen perubahan pertanian Indonesia,” tutur Kemal.

Tujuan utama workshop berfokus pada penerapan agribisnis, yang kemudian dapat diaplikasikan pada daerah asal peserta. Materi disampaikan dengan membandingkan antara kondisi agribisnis di Indonesia dengan Jepang dan mengajak peserta untuk membuat action plan dengan sistematis. Mulai dari persiapan usahatani, proses produksi, hingga pascapanen. Peserta juga diminta untuk menuliskan kesan yang paling berkesan berkaitan dengan kondisi pertanian atau agribisnis di Jepang.

Dibimbing oleh Widyaiswara BBPP Lembang, peserta diajak untuk melakukan simulasi keuntungan sesuai dengan usaha tani yang dikembangkan. Hasil panen dibagi biaya produksi ditambah 1,5 kali lipat dan biaya produksi ditambah 1,2 kali lipat. Hasil akhir merupakan hasil keuntungan yang akan meningkat di berbagai komoditas sayuran maupun tanaman pangan. Dipaparkan pula empat faktor utama dan dua faktor tambahan dalam marketing yakni, benih dan bibit, persiapan tanah, pupuk, pengendalian hama, pengemasan dan pemasaran.

“Jepang jauh lebih produktif karena sudah 100% dalam melakukan semuanya, mulai dari benih, kualitas tanah, pupuk, pengairan, hingga pengendalian hama,” jelas Widyaiswara. Dengan memberikan perbandingan nyata antara kondisi Indonesia dan Jepang, Widyaiswara menekankan bahwa empat faktor utama dan dua faktor tambahan dalam marketing harus dimaksimalkan agar hasilnya juga maksimal. Meskipun terdapat beberapa faktor yang membuat tidak semua teori dapat diaplikasikan di Indonesia, diharapkan peserta dapat memahami konsep dasar untuk kemudian diaplikasikan.

Pada dasarnya Indonesia memiliki potensi di sektor pertanian. Oleh sebab itu, Kementerian Pertanian melalui Badan PPSDMP terus berusaha mencetak sumberdaya pertanian yang unggul, terutama pada generasi millenial. Program magang Jepang merupakan salah satunya, yang saat ini sedang didorong oleh Kementan melalui kerjasama dalam maupun luar negeri.  Didukung oleh kondisi seperti ini, dimana sektor pertanian masih mampu tumbuh secara signifikan. “Oleh karena itu, perlu disiapkan petani milenial untuk terjun ke bisnis pertanian, baik level Indonesia maupun di level internasional” kata Dedi Nursyamsi, Kepala Badan PPSDMP Kementerian Pertanian.

Pemateri dari JICA, A. Koyama, meminta para peserta membuat action plan dengan menghubungkan teori maupun pengalaman peserta selama di Jepang. Peserta menganalisis konsep mana saja yang dapat diterapkan di Indonesia. Dengan membuat action plan peserta dapat memahami konsep, teori, beserta praktiknya di daerah asal masing-masing. “Seperti petani di daerah saya masih terbiasa menggunakan cara-cara konvensional yang sudah diyakini dan dilakukan sejak lama. Mereka tidak tahu apakah dosisnya sebenarnya sudah tepat untuk komoditasnya masing-masing,” ungkap salah satu peserta. Widyaiswara berpesan agar para peserta dapat membagikan ilmu yang didapat hari ini kepada petani lainnya.

Sesi terakhir merupakan sesi presentasi action plan dari peserta, disertai diskusi dengan A. Koyama. Peserta memaparkan usaha agribisnis yang akan dijalaninya, mulai dari anak domba, hingga labu madu. “Saya senang bisa mendapat ilmu dan pengalaman terkait pengelolaan dan produktivitas usaha yang sedang saya kerjakan saat ini,” ungkap Nano, alumni magang Jepang tahun 2016 asal Sumedang. Acara ditutup dengan penutupan dari Kepala BBPP Lembang, dilanjutkan dengan sesi foto bersama dan pemberian serrifikat kepada para peserta. DARY/YOKO

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *