Tahun 2021 Pengembangan Karet 1.100 Hektar

Berita, Perkebunan17 Dilihat

Jakarta – Tahun 2021 program pengembangan karet Ditjenbun 1.100 ha terdiri dari peremajaan 800 ha di 4 provinsi 8 kabupaten, perluasan 300 ha di 2 provinsi 2 kabupaten. Tahun 2022 direncanakan 5.685 ha terdiri dari perluasan 100 ha di 1 kabupaten, peremajaan 1.125 ha di 4 provinsi 9 kabupaten dan intensifikasi 4.550 ha di 5 provinsi 15 kabupaten. Heru Tri Widarto, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Ditjenbun menyatakan hal ini.

Pengembangan karet Ditjebun sebelumnya adalah 2017 peremajaan 1.560 ha di 15 provinsi, 60 kabupaten, perluasan 100 ha di 1 kabupaten; 2018 peremajaan 3.315 ha di 8 provinsi, 9 kabupaten, perluasan 2.090 ha di 2 provinsi 3 kabupaten,intensifikasi di 2 provinsi 12 kabupaten.

Tahun 2019 peremajaan 5.060 ha di 8 provinsi 19 kabupaten, perluasan 800 ha di 4 provinsi 6 kabupaten, intensfikasi 10.000 ha di 3 provinsi 17 kabupaten. Tahun 2020 peremajaan 3.850 ha di 8 provinsi 20 kabupaten, perluasan 125 ha di 1 kabupaten, intensifikasi 100 ha di 1 kabupaten.

Target peremajaan karet Indonesia adalah 2019-2027 adalah 700.000 ha tersebar di Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi, Bengkulu, Sumsel, Kalbar, Kaltim, Kalteng, Kalsel masing-masing 56.000 ha, Kepulauan Riau 13.000 ha, Bangka Belitung 9.000 ha, Lampung 52.000 ha, Banten 18.000 ha.

Ditjenbun sudah mengusulkan kegiatan peremajaan tanaman karet rakyat tahun 2021 tetapi belum mendapat persetujuan Menkeu seluas 50.000 ha yang tersebar di Aceh 2.000 ha, Sumut 2.500 ha, Sumbar 3.000 ha, Riau 4.000 ha, Jambi 7.000 ha, Sumsel 9.500 ha, Bengkulu 2.500 ha, Lampung 3.000 ha, Kalbar 4.000 ha, Kalsel 8.000 ha, Kalteng 2.000 ha dan Kaltim 2.500 ha.

Plt Dirjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika menyatakan kalau realisasi perencanaan peremajaan bisa berjalan maka kayu karet bisa dijadikan bahan baku industri kayu (furniture dan wood working). Dengan asumsi 1 ha menghasilkan 50 m3 kayu log, bila berjalan 100.000 ha/tahun maka potensi kayu karet yang dihasilkan 5 juta m3/tahun.

Tantangannya adalah sebagian besar lokasi kebun karet rakyat tradisional terletak di wilayah yang tidak mempunyai akses jalan; jarak antara lokasi kebun dengan pabrik kayu olahan relatif jauh sehingga kayu karet menjadi tidak ekonomis.

Rendemen yang rendah karena diameter kayu karet yang kecil serta pengaruh bidang sadapan karet yang mengenai bagian kayu. Pasokan kayu karet tidak berlangsung sepanjang tahun, terbatas pada musim-musim tertentu yaitu pada saat pembukaan lahan.

Untuk mengatasi masalah ini maka perlu adanya pemetaan pasokan dan kebutuhan kayu karet; efisiensi suply chain bahan baku kayu karet; fasilitasi pusat logistik bahan baku kayu karet; fasilitasi business matching antara pemasok dan pengguna kayu karet. Humas Ditjenbun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *