Oleh :
Farriza Diyasti, Eva Lizarmi, Yani Maryani
Kutu-kutuan merupakan salah satu kelompok hama kosmopolit yang menyerang hampir di setiap komoditas dan bagian tanaman. Hama yang dikenal dalam kelompok “scale insect” ini tidak hanya menyerang bagian daun, batang, bahkan akar pun menjadi tempat hidup dan sumber makanan mereka. Selama ini kelompok kutu sebagian besar menyerang bagian atas tanaman, contohnya pada komoditas perkebunan yaitu kutu daun (Aphis gossypii) pada nilam dan kapas, kutu tempurung (Coccus sp.) pada karet, kutu putih (Planococcus citri) pada kopi, kutu bulu putih (Ceratovacuna lanigera) pada tebu, kutu putih (Pseudococcus lillacinus) pada kakao, kutu kebul (Bemisia tabaci) pada tembakau dan kapas.
Belum ditemukan laporan mengenai adanya serangan kutu akar pada komoditas perkebunan. Berdasarkan hasil Analisa Risiko OPT (AROPT) kutu akar dari genus Rhizoecus (Hemiptera: Pseudococcidae) memiliki potensi cukup besar dalam menimbulkan kerugian ekonomi pada beberapa komoditas strategis, diantaranya kopi dan teh. Kutu Rhizoecus sp. berasal dari family yang sama dengan Ferrisia virgata dan Planococcus citri. Kedua spesies kutu tersebut telah ada di Indonesia dan menyerang pertanaman kopi pada bagian batang dan buah.
Serangan kutu mengakibatkan buah kopi mengkerut, bahkan gugur sehingga menurunkan mutu biji kopi (SINTA, 2016). Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan dan kewaspadaan untuk memasukkan genus Rhizoecus yang terdiri dari beberapa spesies diantaranya Rhizoecus albidus, Rhizoecus falcifer, Rhizoecus hibisci menjadi OPTK A1 (belum ada di Indonesia). Kutu akar Rhizoecus sp. dapat berkembang biak di wilayah tropis maupun sub tropis (Kondo et al., 2008). Hama ini tercatat telah tersebar di wilayah Amerika, Jerman, Italia, Spanyol, Kanada Selatan, Meksiko, Kalifornia, Florida, Australia, dan Selandia Baru pada komoditas tanaman hias (kaktus), teh, dan kopi (CABI, 2022).
Kutu akar putih atau root mealybugs ini hidup di permukaan tanah dan mencari makan melalui akar tanaman. Hal ini cukup menyulitkan dalam hal identifikasi karena letak serangan tertutup oleh tanah (pada akar). Kutu akar berukuran sekitar 2.4 – 3.9 mm dan diselimuti oleh oleh lapisan tepung putih. Kutu dapat teramati ketika kutu berkumpul membentuk kelompok besar berwarna putih seperti kapas pada akar. Lapisan putih ini dihasilkan oleh kutu pada tahap awal perkembangannya. Kutu akar betina meletakkan telur dengan kecenderungan akan menetas selama 24 jam. Kutu yang menetas dapat berupa “crawler” yang memiliki pergerakan cukup aktif, dan telah mulai menghisap cairan akar tanaman. Siklus hidup berkisar 2-4 minggu, dengan siklus hidup imago 27-57 hari bergantung pada spesies (Gill et al. 2019).
Pergerakan kutu sangat lambat dan mudah melewati sisi – sisi pot tanaman hingga permukaan pakaian, serta keluar masuk saluran drainase. Hal ini mempercepat penyebaran hama dari satu tanaman terinfeksi ke tanaman sehat lainnya. Perkembangbiakan kutu berjalan cukup lambat, namun jika tanaman telah terserang dapat menghambat pertumbuhan tanaman, disertai klorosis pada daun (daun menguning). Pada gejala berat, dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Dengan demikian, dengan mengenali morfologi dan bioekologi kutu akar Rhizoecus ini, diharapkan kita memiliki kewaspadaan yang tinggi dalam mencegah kedatangannya di Indonesia.