Blitar – Sebagai komoditas yang menjanjikan, hasil perkebunan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Dan beberapa komoditasnya telah berhasil diekspor. Untuk mendukung program Kementerian Pertanian yakni program Gerakan Tiga Kali Ekspor Pertanian (Gratieks), maka perlu diupayakan secara maksimal menyukseskan program tersebut.
Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian bekerjasama dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan dalam bidang ketenagaan, menggalakan program pelatihan disentra-sentra produksi perkebunan agar dapat meningkatkan SDM pelaku pertanian (petani) serta peningkatan kualitas dan kuantitas produk. Selain itu pelaksanaan pelatihan diharapkan bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pertani.
Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) terus meningkatkan kualitas SDM pertanian dan membuat sektor pertanian menjadi lebih menarik serta menguntungkan.
“Kemajuan pertanian, bukan hanya ditentukan budidaya dan produksi, juga peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM pertanian melalui kegiatan pelatihan,”tegas Mentan.
Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembagan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa SDM pertanian seperti widyaiswara, dosen, petani, penyuluh pertanian, praktisi pertanian lainnya harus terus ditingkatkan untuk menerapkan inovasi teknologi pertanian. Kunci pembangunan suatu bangsa diawali dari pembangunan SDM.
“Kuncinya adalah pembangunan SDM-nya, pendidikannya, pelatihannya, penyuluhnya,” tegas Dedi Nursyamsi.
Dalam mendongkrak pendapatan kopi rakyat dan pengembangan sentra produksi kopi di Kabupaten Blitar, Dinas Ketahan Pangan dan Pertanian Kabupaten Blitar melaksanakan pelatihan agribisnis kopi bagi petani kopi disentra produksi kopi. Jenis kopi yang dikembangkan adalah Robusta. Kopi ini sesuai dengan agroklimat di wilayah Blitar. Pelaksanaan pelatihan di Desa Sumber Urip Kecamatan Doko, dengan pertimbangan wilayah tersebut sangat cocok untuk tanaman kopi yang didukung agroklimat setempat, serta mayoritas petani yang telah membudidayakannya.
Dalam berusaha agribisnis kopi, petani sering terkendala fluktuasi harga yang tidak menentu. Hal ini disebabkan oleh sistem penjualan dan pemasaran yang tergantung dari tengkulak serta kurangnya mutu biji kopi yang dihasilkan. Oleh karenanya dalam pelatihan dibahas dan didiskusikan antara fasilitator, petani serta penyuluh setempat dan perwakilan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Blitar, untuk memperbaiki kualias biji kopi.
Menurut salah satu peserta pelatihan, selama ini sistem pasca panen menggunakan sistem kering dengan melakukan pluping terlebih dahulu baru dilakukan penjemuran kopi. Setelah kering kemudia dilakukan pengupasan kulit tanduk hingga terbentuknya biji kopi beras.
Dalam penjelasannya, Murdani, widyaiswara yang mengajar pasca panen, kopi beras yang mengalami kerusakan fisik baik retak atau pecah sangat berpengaruh dan menurukan kualitas biji kopi beras tersebut.
“Diperlukan pasca panen yang tepat pada kopi baik yang kering atau yang basah. Oleh karena itu perlu dilakukan pemahaman bahwa pelaksanaan pasca panen yang baik akan meningkatkan kualitas biji kopi beras yang baik, pada akhirnya akan meningkatkan daya tawar produk kopi tersebut,” jelas Murdani.
Ditengah fluktuasi harga biji kopi, dalam pelatihan juga dibahas tentang kestabilan harga. Untuk mewujudkan hal demikian solusi yang diambil ialah dengan menjalin kemitraan bersama pengusaha kopi. Dari hasil diskusi direncanakan petani akan bermitra kerja di bidang pemasaran dengan PT. Asal Jaya yang dijembatani oleh penyuluh setempat dan penyuluh petanian yang juga menjadi kepercayaan PT. Asal Jaya dari Dampit Kabupaten Malang. Untuk memulai kerjasama petani harus memberikan contoh kopi dari berbagai petani yang memproduksi. Serta dengan ketetentuan harga yang sudah diterapkan oleh pihak perusahaan mutu kopi yang bisa menguntungkan petani. Murdani/Yaniarta