Implementasi Ekonomi Sirkuler, Petani Milenial Gresik Kembangkan Bank Sampah

Gresik – Bank Sampah Mentari merupakan sebuah lembaga yang ada di Desa Prupuh Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Lembaga ini dibentuk pada tahun 2019 dan berbadan hukum resmi pada tahun 2021 menjadi Koperasi Produsen Bank Sampah Mentari.

“Awalnya bank sampah ini berdiri dari kelompok masyarakat yang mengelola Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Reduce, Reuse, Recycle (TPST-3R). Selanjutnya kami mengajukan ke pemeritah desa untuk membantu pengelolaan sampah di desa yang selanjutnya dikembangkan menjadi Bank Sampah Mentari pada tahun 2021,” jelas Sekretaris Koperasi Produsen Bank Sampah Mentari, Fathur Rahman Saeri.

Alumni peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Pemuda Tani yang dilaksanakan tanggal 10 – 14 Juli 2023 lalu di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan ini juga mengungkapkan bahwa lembaga ini dibentuk sebagai upaya melakukan konservasi lingkungan dan menciptakan ekosistem memilah sampah dari rumah. Bank Sampah Mentari memiliki 4 Unit Bank Sampah dengan jumlah nasabah/penerima manfaat kurang lebih 110 orang yang semuanya adalah perempuan.

“Salah satu kegiatan di Bank Sampah yaitu membantu untuk menjemput sampah di lapak nasabah. Selanjutnya para nasabah menabung sampah dan kami membantu penjualannya”, jelas Fathur. “Keuntungan koperasi dari hasil penjualan antara 20-30%, namun jika harganya memang betul-betul sedang minim dan gudang kami penuh, kami mengambil keuntungan 10-15%”, imbuh Fathur Rahman.

Selain kegiatan menabung sampah, Bank Sampah juga mengelola TPST-3R yang fokus pada pengelolaan sampah organik berbasis pertanian terintegrasi atau “integrated farming” yang kemudian berkembang menjadi produk hasil pengolahan sampah berupa fresh larva black soldier fly (BSF) atau yang sering disebut maggot BSF. Larva dari lalat ini banyak dimanfaatkan untuk mengelola limbah karena memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengurai sampah organik. Larva ini memanfaatkan limbah tersebut sebagai sumber makanannya.

Fathur menjelaskan bahwa inisiatif awal untuk membudidayakan maggot karena senang beternak dan pelihara lele.

“Saya merasa harga pakan semakin mahal sementara harga jual panen ternak murah. Lalu saya Belajar ke Blitar disana ada larva ternyata bisa digunakan untuk pakan. Harga terjangkau tapi kualitasnya tidak murahan, proteinnya tinggi dan bisa digunakan untuk kegiatan peternakan. Maggot membantu konservasi lingkungan karena bermanfaat untuk mengelola sampah organic,” tambah Fathur

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menjelaskan bahwa dunia sedang menghadapi tantangan perubahan iklim. Indonesia harus bisa membuat pertanian yang ramah lingkungan dan dapat beradaptasi dengan tantangan tersebut dengan memanfaatkan bahan organik.

“Tujuan dari pembangunan pertanian diantaranya adalah peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, meningkatkan intensitas pertanaman, serta berbudidaya yang ramah lingkungan dengan tujuan akhir mensejahterakan masyarakat,” tegasnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Dedy Nursyamsi mengatakan bahwa Kementerian Pertanian memiliki program Gerakan Tani Pro Organik yang sering disebut dengan Genta Organik.

Dedi Nursyamsi mengajak semua pihak untuk melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap dampak El Nino yakni kemarau yang berkepanjangan yang diprediksi akan terjadi pada Agustus hingga September 2023 mendatang.

“Semua petani dan penyuluh, stakeholder mulai dari pusat hingga daerah harus tahu apa yang harus dilakukan,”kata Dedi.

Ia menginginkan kewaspadaan terhadap El Nino agar tidak ada dampak kekuarangan bahan pangan. Pemanfaatan bahan organik sebagai alternatif pembuatan pakan ternak tentu sangat bermanfaat untuk ketahanan pangan ditengah krisis global yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut menjadi langkah penting agar produksi pertanian tidak menurun agar dapat memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat Indonesia. Nining Hariyani/ Yeniarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *