KEBUMEN – Lahan tadah hujan merupakan lahan pertanian yang mengandalkan air hujan sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Lahan ini memiliki pematang, tetapi tidak dapat diairi secara kontinyu dengan ketinggian dan waktu tertentu. Karena itu, pengairan lahan tadah hujan sangat bergantung pada curah hujan, sehingga risiko kekeringan sering terjadi pada daerah tersebut pada musim kemarau.
Lahan tadah hujan sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, terutama krisis kekeringan dan serangan organisme pengganggu tanaman. Penentuan pola dan jadwal tanam sangat diperlukan agar kegagalan panen dapat dihindari.
Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggalakkan program bantuan pompanisasi, khususnya di lahan persawahan tadah hujan. Program ini dirancang untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP) yang selama ini berpotensi besar.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa untuk mengantisipasi peningkatan produksi padi dan jagung, dapat dilakukan dengan luas tambah tanam pada luas lahan baru sawah yang eksisting, gerakan pompanisasi, optimalisasi lahan, tumpang sari lahan perkebunan.
Saat ini, Kementan fokus meningkatkan produksi padi dan jagung melalui tiga strategi, yakni meningkatkan perluasan areal tanam (PAT), peningkatan indek pertanaman (PIP) serta produktivitas, ujar Mentan Amran.
“Langkah yang dilakukan adalah gerakan percepatan tanam, pompanisasi sungai pada lahan kering dan tadah hujan, sumur dangkal dan sumur dalam untuk memasok air, optimalisasi lahan rawa, juga menyelesaikan masalah langsung di lapangan dan hadir di tengah-tengah petani”, kata Mentan.
Program pompanisasi ini dikonsentrasikan untuk lahan sawah yang IP satu namun memiliki sumber air yang tersedia sepanjang tahun. Artinya, lahan-lahan sawah tersebut hanya mampu tanam satu kali dalam setahun. Program ini diharapkan dapat meningkatkan indeks pertanaman yang tadinya hanya satu menjadi dua atau lebih dalam setahun.
Plt Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, juga mengatakan, salah satu strategi peningkatan produksi pertanian adalah gerakan pompanisasi yakni penggunaan pompa air untuk mengoptimalkan irigasi dan pengairan lahan pertanian, sehingga menghasilkan panen dan produktivitas yang tinggi.
Salah satu penerima bantuan program pompanisasi dari Kementan, kelompok tani (poktan) di Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, diharapkan mampu mendorong penambahan luas areal tanam padi di lahan tadah hujan dan meningatkan produksi padi di wilayah.
Kecamatan Buluspesantren yang memiliki lahan tadah hujan diharapkan bisa menambah areal tanam padi seluas 115 ha, meliputi Desa Maduretno seluas 65 Ha dan Desa Ayam Putih seluas 50 Ha.
Arahan dari Kementerian Pertanian berharap kegiatan pengembangan perpompaan mendukung penambahan areal tanam, upaya khusus penyediaan air irigasi dalam rangka percepatan olah tanah, tanam dan peningkatan produksi di lahan tadah hujan di luar sistem irigasi teknis dengan memanfaatkan sumber air yang ada di sekitar bisa dari air sungai atau sumur resapan.
Yonatan Budiono dari Poktan Margo Mulyo Desa Maduretno selaku penerima bantuan, menuturkan bahwa dengan bantuan pompanisasi ini bisa menjadikan lahan padi lebih maksimal.
“Yang biasanya tanam padi hanya sekali bisa dua kali. Jadi meningkatkan indeks pertanaman padi 100 menjadi IP 200,” tutur Yonatan.
Sementara itu, menurut Siti Maesaroh, penyuluh pendamping di Desa Maduretno, kegiatan pompanisasi di wilayah Kecamatan Buluspesantren ini sangat bermanfaat bagi para petani khususnya Desa Ayam Putih dan Maduretno, karena lahan tadah hujan mereka bisa mendapatkan air irigasi yang cukup. Siti Maesaroh/Yeniarta