Teknologi Smart Farming, Dukung Percepatan Swasembada Pangan

MALANG (21/2/2025) – Kementerian Pertanian terus berupaya untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 dengan fokus pada pertanian yang berkelanjutan, modern, dan berdaya saing global. Dengan program-program seperti low-cost smart farming dan pengembangan inkubator agribisnis, diharapkan petani milenial tidak hanya menjadi pelaku usaha pertanian, tetapi juga pemimpin pertanian masa depan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam berinovasi serta menghadapi tantangan sektor pertanian yang semakin kompleks.

Penerapan smart farming tidak hanya mencakup teknologi canggih seperti Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI), tetapi juga teknologi yang lebih sederhana dan biaya yang bisa ditekan, seperti sistem pemantauan berbasis sensor dan sistem kontrol nutrisi otomatis. Salah satu implementasi yang sukses dijalankan saat ini adalah Smart Greenhouse di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan hibah dari Direktorat Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian, dengan menggunakan sistem low-cost smart farming untuk meningkatkan produksi hortikultura.

Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa transformasi pertanian berbasis teknologi menjadi salah satu prioritas utama dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

“Smart farming memungkinkan petani untuk mengelola lahan secara lebih presisi, meningkatkan hasil panen, serta mengurangi dampak perubahan iklim. Dengan penerapan teknologi ini, kita bisa memastikan produksi pangan yang lebih stabil dan berdaya saing,” ujar Amran.

“Selain itu sebagai bentuk transformasi dan upaya lembaga pelatihan dalam menghasilkan regenerasi petani-petani muda terampil di bidang pertanian yang memiliki semangat wirausaha atau socioagripreneur,” imbuh Amran.

Jumat (21/2/2025) Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti membuka secara langsung pelatihan Short Term Low Cost Smart Farming dan penutupan pelatihan formulator pangan (ruminasia) bagi warga binaan, yang dihadiri oleh 350 peserta di Aula Mahkota BBPP Ketindan.

Dalam sambutannya, Kepala BPPSDMP mengatakan dengan penerapan teknologi cerdas dalam pertanian, diharapkan para petani dapat mengoptimalkan hasil panen, mengurangi kerugian akibat faktor cuaca, serta memanfaatkan sumber daya alam secara lebih efisien.

“Sudah saatnya petani Indonesia maju di bidang pertanian melalui adopsi teknologi melalui smart farming yang mengedepankan teknologi pertanian yang dapat mempermudah kegiatan usahatani,” terang Santi.

Santi juga menambahkan, dengan pendekatan low-cost smart farming, petani dapat memanfaatkan teknologi modern tanpa perlu khawatir dengan biaya yang tinggi sehingga membantu meningkatkan efisiensi, mengurangi kerugian, dan pada akhirnya berkontribusi pada pencapaian ketahanan pangan dan swasembada pangan yang lebih baik.

Sementara itu, Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan), Inneke Kusumawaty, dalam laporannya mengatakan, pelatihan short term low cost smart farming bagi penyuluh pertanian dan petani milenial ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan minat petani milenial agar mampu terlibat dalam bidang pertanian sebagai sebuah usaha atau bisnis.

“Selain itu juga untuk meningkatkan kapasitas petani milenial dalam penggunaan teknologi low cost smart farming yang diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah pendapatan petani milenial,” kata Kapuslatan.

Ia manambahkan kegiatan ini menjadi upaya dalam mendukung percepatan swasembada pangan dan pembangunan pertanian secara berkelanjutan.

Selain membuka pelatihan short term low cost smart farming dan menutup pelatihan formulator pangan (ruminasia) bagi warga binaan, Kepala BPPSDMP didampingi Direktur Buah dan Florikultura, Kapuslatan, Kepala BBPP Ketindan, dan sejumlah pejabat lingkup BPPSDMP, panen perdana melon varietas melon sweet lavender di low cost smart farming. BPP Ketindan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *