Pelatihan Short Term Low Cost Smart Farming Resmi Ditutup, Peserta Siap Terapkan Teknologi Cerdas

MALANG – Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan telah sukses menyelenggarakan Pelatihan Short Term Low Cost Smart Farming yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi petani dalam penerapan teknologi pertanian modern.

Kegiatan pembukaan yang dilaksanakan pada Jumat (21/2/2025) pukul 10.00 WIB sebelumnya telah dibuka oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) dan secara resmi ditutup oleh Kepala BBPP Ketindan pada sore harinya.

Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa transformasi pertanian berbasis teknologi menjadi salah satu prioritas utama dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

“Smart farming memungkinkan petani untuk mengelola lahan secara lebih presisi, meningkatkan hasil panen, serta mengurangi dampak perubahan iklim. Dengan penerapan teknologi ini, kita bisa memastikan produksi pangan yang lebih stabil dan berdaya saing,” ujar Amran.

Sementara Kepala BPPSDMP, Idha Widi Arsantisaat pembukaan pelatihan mengatakan dengan penerapan teknologi cerdas dalam pertanian, diharapkan para petani dapat mengoptimalkan hasil panen, mengurangi kerugian akibat faktor cuaca, serta memanfaatkan sumber daya alam secara lebih efisien.

“Sudah saatnya petani Indonesia maju di bidang pertanian melalui adopsi teknologi melalui smart farming yang mengedepankan teknologi pertanian yang dapat mempermudah kegiatan usahatani,” terang Santi.

Kepala BBPP Ketindan, Nurul Qomariyah dalam sambutannya menyampaikan bahwa Kementerian Pertanian terus mendorong berbagai program strategis guna meningkatkan kesejahteraan petani dan pertumbuhan sektor pertanian yang berkelanjutan. Salah satu program unggulan yang tengah diupayakan adalah pelatihan berbasis smart farming yang mengedepankan teknologi dalam pengelolaan usaha tani.

“Pelatihan ini merupakan langkah strategis dalam memperkenalkan dan menerapkan teknologi pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Smart farming menjadi pendukung teknologi yang penting dalam meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya seperti air dan pupuk, dengan memanfaatkan teknologi sensor dan pemantauan secara real-time. Dengan cara ini, limbah dapat diminimalisir, biaya produksi dapat dihemat, serta memberikan kontribusi nyata pada pertanian berkelanjutan,” ujar Nurul.

Lebih lanjut, Nurul menegaskan bahwa smart farming tidak hanya sebatas penggunaan teknologi, tetapi juga membangun pola pikir baru bagi petani milenial. Dengan peningkatan kompetensi melalui pelatihan ini, petani milenial diharapkan tidak hanya menjadi pelaku usaha pertanian, tetapi juga pemimpin pertanian masa depan yang inovatif dan adaptif terhadap tantangan yang ada.

“Kami yakin, dengan meningkatnya kompetensi peserta dalam bidang smart farming, akan berdampak positif terhadap efisiensi dan produktivitas usaha tani. Para peserta diharapkan dapat menjadi agen perubahan dalam mengimplementasikan dan menyebarluaskan ilmu yang telah diperoleh kepada rekan-rekan petani lainnya. Hal ini akan berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia secara umum serta menjawab tuntutan ketahanan pangan di masa depan,” imbuhnya.

Kegiatan ini mendapat apresiasi tinggi dari peserta yang telah mengikuti seluruh rangkaian pelatihan dengan antusias. Para narasumber dan fasilitator turut berperan dalam memberikan materi yang aplikatif, sehingga peserta dapat langsung mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dalam praktik pertanian mereka. Nadif*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *