BATU – Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu bekerja sama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan menggelar Pelatihan Strategi Pencegahan Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) pada 19–21 Mei 2025.
Kegiatan ini menjadi wujud sinergi antar lembaga dalam memperkuat sistem kesehatan hewan di daerah, khususnya menghadapi tantangan penyakit infeksius yang kian meningkat.
Pelatihan ini diikuti oleh 35 peserta yang terdiri atas dokter hewan dan paramedik veteriner, seluruhnya merupakan aparatur dan petugas teknis dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan.
Para peserta akan mendapatkan materi dari narasumber kompeten dibidangnya, termasuk dari BBPP Batu, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Balai Besar Veteriner Wates, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya, serta Laboratorium Kesehatan Hewan Tipe B Jawa Timur.
Pelatihan secara resmi dibuka oleh Kepala BBPP Batu, Roby Darmawan, Senin (19/5/2025) di Brizantha Convention Hall BBPP Batu.
Dalam sambutannya, Roby mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan Disnakkeswan Kabupaten Lamongan kepada BBPP Batu. Ia juga menekankan pentingnya investasi di bidang keamanan dan kesehatan hewan.
“Kita tentu masih ingat bagaimana dampak besar dari PMK yang terjadi beberapa waktu lalu, bukan hanya kematian hewan dan kerugian peternak, tapi juga terganggunya rantai perdagangan hingga ekspor yang terhenti. Dampaknya terasa hingga pengusaha kuliner seperti penjual rawon, soto, hingga sop kaki sapi. Oleh karena itu, pelatihan ini sangat penting,” ujar Roby.
Roby juga mengimbau peserta untuk memanfaatkan momen pelatihan ini sebagai ajang berbagi pengalaman dan pengetahuan.
“Pengetahuan yang disimpan sendiri tidak akan membawa manfaat besar. Tapi jika ditularkan, akan menjadi kekuatan untuk membangun sistem kesehatan hewan yang lebih baik,” tambahnya.
Pelatihan ini tidak sekadar memberikan teori, tapi juga fokus memperkuat keterampilan praktis para petugas di lapangan.
Selama tiga hari, peserta akan dibekali dengan materi, seperti pengenalan epidemiologi penyakit hewan, teknik investigasi wabah, penanganan penyakit strategis seperti African Swine Fever (ASF), Lumpy Skin Disease (LSD), dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), serta praktik pengambilan dan pemeriksaan spesimen.
Diharapkan setelah pelatihan ini, peserta mampu meningkatkan kapasitasnya dalam deteksi dini, respons cepat, dan pengendalian penyakit secara lebih terukur dan efektif.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan, Azit Kustiawan, menyampaikan pentingnya menjaga potensi Lamongan sebagai lumbung ternak sapi potong di Jawa Timur. Menurutnya, tantangan ke depan semakin kompleks dengan merebaknya penyakit infeksius seperti ASF, LSD, dan PMK yang berdampak besar pada ekonomi peternak.
“Petugas kesehatan hewan adalah garda terdepan dalam pelayanan. Oleh karena itu, pelatihan teknis secara berkala menjadi kebutuhan yang mutlak agar mereka siap menghadapi tantangan di lapangan,” tegas Azit.
Sejalan dengan hal tersebut, Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, menegaskan komitmen Kementerian Pertanian dalam penanganan penyakit zoonosis. Salah satunya melalui Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 39 Tahun 2023 tentang Pelayanan Minimal Zoonosis Prioritas, serta mendorong pendekatan one health sebagai integrasi antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.
Kepala BPPSDMP, Idha Widi Arsanti menyatakan bahwa pihaknya terus fokus pada peningkatan kapasitas SDM pertanian, terutama tenaga medis dan paramedis veteriner, melalui pelatihan-pelatihan teknis spesifik.
Dengan semangat kolaboratif, pelatihan ini diharapkan menjadi langkah konkret dalam memperkuat kapasitas petugas kesehatan hewan di daerah, serta mewujudkan sistem deteksi dan pencegahan penyakit hewan menular strategis yang lebih tangguh dan berkelanjutan. DWI/SAI/BBPPBATU