MALANG – Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan kembali menggelar Long Term Training K-Smart Tahap II Tahun 2025, Senin (01/09/2025) .
Pelatihan direncanakan selama tiga bulan dan dimulai pada 1 September 2025 sampai 29 November 2025. Peserta 9 orang petani milenial terpilih dari 4 Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yaitu Malang, Pasuruan, Lumajang, dan Tulungagung.
Pada tahun ini, pelatihan dilaksanakan dalam dua gelombang. Gelombang I telah dilaksanakan pada 20 Maret hingga 26 Juni 2025 lalu, diikuti oleh mahasiswa yang tertarik untuk mengembangkan smart farming. Gelombang II, merupakan pelatihan terakhir yang dibiayai oleh Project Enhancing Millennials Farmers Income by Adopting K-Smart Farm Technologies in Indonesia, yang telah bekerjasama antara pemerintah Indonesia dan Korea Selatan sejak tahun 2020.
Tujuan proyek ini adalah meningkatkan minat petani milenial untuk terlibat dalam bidang pertanian sebagai usaha/bisnis, meningkatkan kapasitas petani milenial dalam penggunaan teknologi smart farming, mendukung ketahanan pangan dengan mengadopsi pertanian K-Smart Farm dengan menggunakan sumber energi terbarukan serta merespon perubahan iklim global.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa transformasi pertanian berbasis teknologi menjadi salah satu prioritas utama dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
“Teknologi ini kita kembangkan ke depan agar milenial tertarik untuk menjadi petani,” kata Amran.
Selaras dengan hal tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, mengungkapkan bahwa dengan penerapan teknologi cerdas dalam pertanian, diharapkan para petani dapat mengoptimalkan hasil panen, mengurangi kerugian akibat faktor cuaca serta memanfaatkan sumberdaya alam secara lebih efisien.
“Sudah saatnya petani Indonesia maju di bidang pertanian melalui adopsi teknologi smart farming,” ungkapnya.
Kepala BBPP Ketindan sekaligus Plt. Sekretaris BPPSDMP, Nurul Qomariyah, mengatakan, bahwa saat ini dunia pertanian menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, keterbatasan lahan, dan pertumbuhan populasi.
“Oleh karena itu dunia pertanian dituntut agar dapat beradaptasi dengan inovasi teknologi. Salah satu jawaban yang menjanjikan adalah smart farming atau pertanian cerdas. Konsep ini menggabungkan teknologi digital dengan praktik pertanian guna menciptakan sistem yang lebih efisien, produktif, dan berkelanjutan,”jelas Nurul dalam sambutannya.
Ia berharap nantinya peserta pelatihan tidak hanya memperoleh ilmu dan pengalaman saja selama di BBPP Ketindan, tetapi juga harus benar-benar diaplikasikan ditempatnya masing-masing. Nining Hariyani*