Kunjungi P4S Djoyo Tani Bojonegoro, Mahasiswa Mancanegara Belajar Pertanian

BOJONEGORO – Fatkul Ilma, petani muda asal Bojonegoro, sekaligus pendiri Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan (P4S) Djoyo Tani, menerima kunjungan internasional yakni 12 mahasiswa dari Belanda dan Polandia, Sabtu (27/9/2025). Kunjungan ini difasilitasi oleh beberapa lembaga mitra pendidikan pertanian yang bertujuan untuk belajar langsung tentang pertanian modern yang berbasis pengalaman dari petani muda Indonesia.

Sejak awal kedatangan, rombongan mahasiswa langsung diajak berkeliling lahan pertanian. Mereka diperlihatkan bagaimana P4S Djoyo Tani mengelola lahan secara efisien dengan penerapan teknologi sederhana namun efektif. Fokus utama pembelajaran adalah budidaya buah melon dan kacang tanah, dua komoditas unggulan yang dikelola oleh P4S Djoyo Tani.

Salah satu momen menarik adalah ketika mahasiswa diberi kesempatan untuk ikut menanam bibit melon. Dengan arahan petani setempat, mereka belajar cara membuat lubang tanam, memberikan pupuk dasar, hingga menutup kembali tanah secara rapi.

Tidak berhenti di situ, mahasiswa juga mengikuti kegiatan pemeliharaan tanaman, dan diajarkan cara menyiram, melakukan perempelan, serta menjaga kelembaban tanah agar pertumbuhan melon tetap optimal. Selain praktik budidaya melon, peserta juga semangat dalam kegiatan panen kacang tanah.

Pengalaman panen ini menjadi hal baru bagi sebagian besar peserta. Mereka dapat melihat sendiri bagaimana kacang tanah tumbuh di dalam tanah dan dipanen dengan teknik sederhana sesuai dengan kearifan lokal.

Salah seorang peserta asal Belanda, Lois Berverly Givner, mengungkapkan rasa kagumnya terhadap pengalaman belajar di Bojonegoro. Menurutnya, praktik pertanian yang dilakukan petani muda di Indonesia sangat inspiratif dan penuh nilai edukasi.

“Ini pengalaman pertama saya menanam melon dan memanen kacang tanah. Kami belajar banyak, bukan hanya soal teknik budidaya, tapi juga bagaimana petani Indonesia bekerja dengan penuh dedikasi. Ini sangat berkesan,” ujar Lois.

Ia juga menambahkan bahwa praktik lapangan seperti ini memberikan wawasan nyata yang berbeda dibandingkan pembelajaran di kelas. Stefani menilai kegiatan di P4S Djoyo Tani bisa menjadi model pembelajaran pertanian untuk generasi muda di negara lain.

Ketua P4S Djoyo Tani, Fathul Ilma, merasa bangga atas kehadiran mahasiswa dari Eropa tersebut. Menurutnya, ini menjadi bukti bahwa pertanian Indonesia memiliki daya tarik dan bisa menjadi rujukan belajar internasional.

“Kami ingin menunjukkan bahwa petani muda Indonesia mampu menjadi tuan rumah yang baik dalam transfer ilmu. Melalui P4S, kami tidak hanya belajar, tetapi juga berbagi pengalaman dengan dunia internasional,” ujar Fathul Ilma.

Ia menekankan bahwa kunjungan ini sekaligus memperkuat semangat petani muda di Bojonegoro untuk terus berinovasi. Baginya, pertanian adalah sektor yang bisa menghubungkan berbagai bangsa melalui praktik nyata dan kerja sama.

Dalam sesi diskusi, mahasiswa banyak bertanya mengenai penggunaan pupuk organik, teknik irigasi, dan pemasaran hasil panen melon. Fathul Ilma bersama timnya menjelaskan dengan detail, sekaligus menunjukkan sistem pemasaran yang sudah dijalankan kelompok.

Melalui kunjungan ini, 12 mahasiwa tersebut tidak hanya belajar praktik di lapangan, tetapi juga mendapatkan materi tentang kelembagaan P4S, peran petani muda, serta prospek agribisnis di era modern.

Bagi masyarakat sekitar, kehadiran mahasiswa asing ini menjadi motivasi tersendiri. Mereka menyadari bahwa pertanian yang dikelola dengan baik bisa menjadi pusat perhatian global dan membuka peluang kerja sama lebih luas.

Dengan kunjungan bertaraf internasional ini, P4S Djoyo Tani semakin mantap memposisikan diri sebagai pusat pembelajaran pertanian internasional. Fathul Ilma berharap pengalaman ini menjadi awal kolaborasi yang lebih erat dalam membangun pertanian berkelanjutan lintas negara.

Tak kalah penting, prospek pertanian ke depan ditengah perubahan iklim dan disrupsi teknologi, kolaborasi antara pemerintah, penyuluh, P4S, dan petani milenial diyakini mampu menjadi jalan keluar untuk menjaga ketahanan pangan sekaligus meningkatkan daya saing pertanian Indonesia.

Hal ini tentu sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang menyampaikan bahwa transformasi pertanian berbasis teknologi menjadi salah satu prioritas utama dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

Idha Widi Arsanti selaku Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) juga menyebutkan bahwa peran pemuda sangat penting dalam mendorong perubahan di sektor pertanian Indonesia. Ia juga menambahkan bahwa saat ini Indonesia sudah memasuki era menuju swasembada pangan berkelanjutan dan bercita-cita menjadi lumbung pangan dunia, sehingga peran generasi muda sangat penting dalam proses ini.  Fatkul Ilma/ Asep*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *