Olah Pakcoy Jadi Es Krim, KWT Sidoarjo, Tingkatkan Nilai Ekonomi

SIDOARJO – Dalam rangka peningkatan nilai tambah produk hortikultura, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelatihan Pertanian Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan melaksanakan pelatihan PERMATA (Pertanian Ramah Lingkungan untuk Masyarakat Tangguh dan Alamiah) dengan tema pengolahan pakcoy menjadi es krim.

Pelatihan yang digelar Sabtu (27/9/20250), diikuti oleh 30 orang anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Segar, Desa Gelam, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Pengolahan pakcoy menjadi pilihan utama, karena menjadi budidaya utama secara hidroponik di KWT Segar. Harapan, dengan peningkatan nilai tambah menjadi produk olahan, harga pakcoy yang rendah menjadi bernilai ekonomis tinggi.

Dengan bahan baku yang tersedia, murah, fresh, dan sehat, es krim pakcoy diolah menjadi makanan bergizi tinggi dan diminati oleh berbagai kalangan dari anak-anak sampai orang dewasa. Hal ini sejalan dengan program pemerintah perihal peningkatan gizi masyarakat dengan progam Makan Begizi Gratis (MBG). Disisi lain wilayah Sidoarjo merupakan daerah yang mempunyai suhu udara yang panas sehingga olahan menjadi es krim mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan dan dijual di lingkungan sekolah atau madrasah. Produk olahan ini bisa menjadi bukti nyata bagaimana hilirisasi pertanian mampu meningkatkan nilai tambah sekaligus memberdayakan perempuan.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menekankan pentingnya pengembangan klaster komoditas pertanian sebagai strategi untuk meningkatkan ketahanan pangan dan perekonomian daerah. Menurutnya, klasterisasi memungkinkan integrasi dari hulu ke hilir, meningkatkan efisiensi produksi, serta menciptakan nilai tambah bagi produk pertanian.

“Pengembangan klaster komoditas pertanian sangat penting sebagai strategi untuk meningkatkan ketahanan pangan dan perekonomian daerah. Dengan klasterisasi, integrasi dari hulu ke hilir dapat terwujud, efisiensi produksi meningkat, dan nilai tambah produk pertanian tercipta,” ujarnya.

Menteri Pertanian juga menegaskan bahwa hilirisasi sektor pertanian menjadi motor penggerak perekonomian nasional dan membuka jalan menuju Indonesia Emas 2045. Hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan memperkuat daya saing industri nasional.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menyatakan bahwa peningkatan kualitas hasil pertanian dan ekonomi petani, sangat berkaitan dengan pengolahan hasil pertanian sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk. Murdani*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *