Gelar Longterm Training K-Smart, UPT Kementan Asah Kompetensi Pascapanen

MALANG – UPT Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan kembali menggelar kegiatan pembelajaran dalam rangkaian Longterm Training K-Smart Tahap II, dengan menghadirkan Diana Triswaningsih, widyaiswaraa sebagai narasumber yang ahli di bidang pascapanen hortikultura. Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu (15/10/2025) dengan topik penanganan pascapanen dan uji tingkat penilaian melon chamoe varietas chamsarang, di ruang terbuka Perpustakaan BBPP Ketindan.

Kegiatan yang diikuti 9 orang peserta Longterm K-Smart ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi petani dalam pengelolaan hasil panen hortikultura, khususnya melon jenis Chamoe, varietas unggulan asal Korea Selatan yang kini mulai dikembangkan di Indonesia. Materi yang disampaikan menitikberatkan pada pentingnya pengelolaan pascapanen untuk menjaga mutu, daya simpan, dan nilai jual buah.

Dalam paparannya, Diana Triswaningsih menjelaskan bahwa tahapan penanganan pascapanen yang tepat dapat meminimalkan kehilangan hasil (postharvest loss) hingga 30%. Melon Chamoe dikenal memiliki tekstur kulit tipis dan aroma khas, sehingga memerlukan perlakuan khusus dalam proses pemanenan, pembersihan, sortasi, pengemasan, serta penyimpanan agar kualitas buah tetap terjaga hingga ke tangan konsumen.

Selain memperoleh teori, peserta yang berasal dari area Jawa Timur juga mendapatkan kesempatan mengikuti praktik langsung uji tingkat penilaian. Dalam sesi ini, peserta melakukan penilaian terhadap aroma, warna, rasa, dan tekstur buah melon chamoe varietas chamsarang. Kegiatan uji ini dilakukan untuk menilai bentuk dan warna melon serta kualitas rasa buah secara sensorik.

Hasilnya menunjukkan bahwa Melon Chamoe Chamsarang memiliki cita rasa manis segar dengan kadar gula optimal, aroma khas buah matang, serta warna kulit kuning cerah yang menarik. Menurut Diana, karakter tersebut menunjukkan bahwa varietas ini memiliki potensi pasar yang tinggi, terutama di segmen buah premium dan oleh-oleh khas tropis.

Ia juga menekankan pentingnya penyimpanan pada suhu yang sesuai, yakni antara 8–10°C, untuk menjaga kualitas rasa dan mencegah kerusakan kulit. Teknologi penyimpanan sederhana seperti cool storage skala kecil dinilai sangat cocok diterapkan oleh petani hortikultura di daerah tropis seperti Indonesia.

Seperti dikatakan oleh Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, yang menekankan pentingnya peningkatan kompetensi SDM dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas pertanian Indonesia.

“Kemajuan pertanian kita sangat bergantung pada kemampuan dan kompetensi SDM. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan dan pendidikan berkualitas,”tegas Mentan Amran.

Hal ini juga disampaikan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, bahwa peningkatan kompetensi SDM ini sejalan dengan program pemerintah.

“Kami ingin meningkatkan kemampuan SDM untuk mendukung pengembangan pertanian yang berkelanjutan dan berdaya saing,”kata Santi.

Santi juga menambahkan bahwa BBPP Ketindan telah menunjukkan perannya sebagai pusat pembelajaran inovatif dengan mengintegrasikan praktik uji tingkat penilaian dan penanganan pascapanen berbasis riset.

“Kegiatan ini sejalan dengan semangat K-Smart untuk mencetak SDM pertanian adaptif terhadap teknologi dan perubahan pasar,” ujarnya.

Hafiz, salah satu peserta dari Kabupaten Lumajang mengungkapkan, bahwa kegiatan seperti ini memberikan wawasan baru dan dapat langsung diadaptasi untuk meningkatkan nilai jual hasil panen di daerahnya. Rivana/Diana*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *