Bogor – Kementerian Pertanian melalui Biro Komunikasi Layanan Informasi menggelar kegiatan Jejaring Agripreneur bertema “From Field to Feed: Menghubungkan Petani dan Pasar Lewat Jejaring Komunikasi”, yang berlangsung di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor, Kamis (30/10/2025).
Kegiatan ini menjadi wadah pembelajaran dan inspirasi bagi generasi muda pertanian untuk memahami bagaimana komunikasi dan jejaring digital dapat memperkuat hubungan antara petani, pelaku usaha, dan pasar. Melalui forum ini, Kementan mendorong mahasiswa pertanian untuk adaptif terhadap perkembangan teknologi informasi dan mampu menciptakan nilai tambah bagi produk pertanian nasional.
Kegiatan ini juga sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Amran Sulaiman, bahwa peran petani muda perlu terus diperkuat melalui inovasi, kreativitas, dan pemanfaatan teknologi digital agar pertanian menjadi sektor yang menarik dan menjanjikan.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Idha Widi Arsanti menyampaikan bahwa penguatan literasi digital di kalangan mahasiswa dan petani muda merupakan langkah strategis untuk mencetak SDM pertanian yang unggul, adaptif, dan siap bersaing di era transformasi digital.
Tiga narasumber dihadirkan dalam kegiatan ini, mewakili perspektif akademisi, pelaku usaha, dan praktisi komunikasi digital.
Doni Sahat Tua Manalu, dosen IPB dari Program Studi Manajemen Agribisnis dengan konsentrasi Digital Marketing, membuka sesi dengan menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi untuk mempercepat proses bisnis pertanian.
“Digital marketing memang penting di era modern, proses berniaga menjadi lebih cepat dan tanpa batas waktu. Namun, hal itu tidak lebih penting dari produk pertanian itu sendiri,” ujar Doni.
Selanjutnya, Gede Deny Kharisman dari PT Bukitmas Agritech Internasional, akrab disapa Deny, berbagi pengalaman sebagai lulusan ITB dan mantan pegawai bank nasional yang beralih ke dunia pertanian. Sejak 2021, ia menekuni bisnis perbenihan dan aktif menerapkan pendekatan digital dalam pengembangannya.
“Dalam membangun usaha, membangun networking adalah hal penting. Setiap usaha punya jejaringnya masing-masing, dan kegiatan seperti ini merupakan salah satu cara untuk memperluasnya,” ungkap Deny.
Sebagai penutup, Jelsi Natosa, atau Bu Tani, Key Opinion Leader di bidang pertanian, membagikan kisah inspiratifnya sebagai petani bawang merah asal Nganjuk, Jawa Timur. Latar belakang pendidikannya di bidang multimedia saat SMK menjadi bekal penting dalam mengelola konten digital yang mendukung aktivitas usahanya.
Melalui platform Instagram dan TikTok, Bu Tani aktif membagikan keseharian di lahan serta memasarkan produk pertaniannya secara langsung ke konsumen. Ia memilih bawang merah karena memiliki siklus tanam yang cepat—sekitar dua bulan hingga panen—sehingga memberi peluang usaha yang berkelanjutan.
“Saya memang petani, dan senang membagikan keseharian menjadi petani lewat konten di media sosial. Pekerjaan sebelumnya yang menuntut saya untuk membuat konten menunjang pekerjaan sebagai petani yang memanfaatkan teknologi,” ujar Jelsi.
Kini, ia rutin memasarkan hasil pertaniannya melalui sesi live di TikTok dengan omzet mencapai Rp20 juta per hari, menjadi contoh nyata bagaimana teknologi digital dapat membuka peluang besar bagi pelaku pertanian muda.
Peserta kegiatan ini terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi Polbangtan Bogor yang antusias mengikuti seluruh rangkaian acara. Melalui forum Jejaring Agripreneur, diharapkan tumbuh semangat kolaborasi dan jiwa kewirausahaan di kalangan generasi muda untuk memperkuat sektor pertanian Indonesia di era digital. HSDM


 
																				




