JAKARTA – Indonesia dan Korea Selatan melangsungkan serah terima proyek K-Smart Farm, sebuah inisiatif modernisasi pertanian berbasis teknologi yang menyasar penguatan kapasitas petani milenial. Acara penutupan dan serah terima proyek berlangsung di Auditorium Gedung D Kementerian Pertanian, Selasa (18/11), dan dihadiri pejabat tinggi kedua negara, lembaga pemerintah, serta perwakilan petani muda.
Proyek bertajuk “Enhancing Millennial Farmers’ Income by Adopting K-Smart Farm Technologies in Indonesia” ini merupakan kerja sama antara Kementerian Pertanian RI dan Kementerian Pertanian, Pangan, dan Urusan Pedesaan (MAFRA) Korea Selatan melalui lembaga EPIS. Proyek yang berjalan sejak 2021 ini menjadi bagian dari upaya kedua negara memajukan pertanian melalui teknologi digital dan sistem budidaya presisi.
Dari pihak Korea Selatan, perwakilan MAFRA dan EPIS menegaskan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan visi peningkatan kapasitas petani muda Asia serta penguatan ketahanan pangan kawasan melalui teknologi presisi dan efisiensi rantai pasok.
Salah satu capaian utama proyek adalah berdirinya dua komplek smart greenhouse di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, seluas 4.400 meter persegi dan di Polbangtan Bogor, Jawa Barat, dengan total luas mencapai 5.600 meter persegi. Keduanya dilengkapi sistem irigasi otomatis, pengendalian lingkungan berbasis sensor, dan pemantauan IoT, fasilitas ini berfungsi sebagai pusat pembelajaran sekaligus ruang praktik produksi hortikultura bernilai tinggi.
Selain pembangunan infrastruktur, proyek ini juga menghadirkan pelatihan jangka pendek dan panjang, workshop, pendampingan ahli, sistem manajemen informasi, serta dukungan fasilitas distribusi seperti cold storage. Seluruh program dirancang untuk memperkuat kemampuan teknis dan kewirausahaan petani milenial.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) dalam paparannya menegaskan bahwa proyek ini tidak berhenti pada serah terima fasilitas. Pemerintah telah menyiapkan roadmap pengembangan smart farming hingga 2031, termasuk pembentukan inkubasi usaha tani, pengembangan model smart farm berbiaya rendah, serta pembangunan Innovation Valley dan Smart Farm Hub nasional. Program lanjutan bertajuk Growing Future: Youth-led Smart Farming ditargetkan melatih 560 petani muda dan menghasilkan ratusan proposal usaha yang layak didanai.
Sementara itu, Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementan, Ade Candrawijaya, menilai K-Smart Farm sebagai model keberhasilan kolaborasi internasional yang tidak hanya menghasilkan infrastruktur, tetapi juga mentransfer pengetahuan dan membangun kepercayaan antarpihak.
“Greenhouse ini bukan hanya bangunan, tetapi pusat inovasi yang mempersiapkan generasi baru petani Indonesia,” kata Ade.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman juga menegaskan bahwa kerja sama Indonesia–Korea merupakan langkah strategis dalam memperkuat modernisasi sektor pertanian nasional. Melalui pemanfaatan teknologi cerdas, kolaborasi ini dinilai mampu meningkatkan efisiensi produksi, memperkuat daya saing petani milenial, serta menjadi contoh konkret pentingnya kemitraan internasional dalam mempercepat transformasi pertanian menuju sistem yang lebih maju dan berkelanjutan.
Seremoni ditutup dengan penandatanganan dokumen serah terima antara MAFRA/EPIS dan Kementerian Pertanian, dilanjutkan penyerahan plakat apresiasi dan sesi foto bersama. Proyek hibah senilai USD 4,71 juta ini diharapkan menjadi fondasi kuat bagi percepatan transformasi digital pertanian Indonesia serta peningkatan pendapatan petani milenial.
Dengan tuntasnya proyek ini, Indonesia dan Korea Selatan sepakat melanjutkan kolaborasi strategis dalam bidang smart agriculture, inovasi teknologi, dan peningkatan kompetensi SDM guna mewujudkan pertanian yang lebih cerdas, efisien, dan berkelanjutan. Nunung Nurhadi*







