MALANG – Swasembada pangan menjadi salah satu program prioritas nasional Pemerintahan Prabowo Gibran, yang didukung penuh pelaksanaannya oleh Kementerian Pertanian. Pada 19-20 Agustus 2025 lalu, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan melakukan kunjungan lapangan ke PT Petrokimia Kayaku, Gresik, untuk memperkenalkan salah satu produsen bahan produksi tanaman organik ke peserta pelatihan yang berasal dari Palestina.
Sejak 10 Agustus 2025 lalu, delegasi-delegasi pertanian yang berasal dari Palestina mengikuti serangkaian kegiatan Training on Integrated Crop Management of Tropical Fruit Crops (Avocado) for Palestine, yang diselenggarakan di BBPP Ketindan hingga tanggal 25 Agustus. Tidak hanya berjuang bagi kebutuhan pangan dalam negeri, Indonesia juga bergerak bagi kemanusiaan, terutama dalam pendampingan bagi negara-negara yang membutuhkan seperti Palestina.
Setelah melakukan pembelajaran di BBPP Ketindan, peserta diajak untuk berkunjung ke beberapa lokasi kunjungan terkait praktik pertanian terpadu hortikultura terutama alpukat. Di lokasi PT Petrokimia Kayaku, peserta antusias belajar tentang pengembangan, formulasi, produksi, dan aplikasi pupuk dan pestisida organik, terutama yang mendukung pertumbuhan tanaman alpukat. Tidak hanya mendapatkan materi di kelas, peserta juga diajak berkeliling ke lokasi produksi dan kebun tempat uji produk pupuk dan pestisida sebelum dilanjutkan uji multi lokasi ke petani-petani di lapangan.
Pada 20 Agustus 2025, kegiatan dilanjutkan ke Balai Besar Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, Jawa Timur, untuk memfasilitasi pembelajaran manajemen di export border.
“Kami sangat menyambut baik, ini pertama kalinya bagi kami, dan semoga ke depan semakin terjalin erat kolaborasi untuk memfasilitasi pendidikan ekspor impor bagi masyarakat dalam dan luar negeri, sehingga masyarakat paham proses yang berlaku atas keluar masuknya barang, terutama produk segar, dari dan keluar negeri” jelas Kabag Umum Balai Karantina, Joko Purnomo, dalam sambutannya.
Pengelolaan terhadap bahan kimia berbahaya termasuk hama penyakit dalam produk buah segar, terutama alpukat, sangat penting untuk mencegah dan menjaga penyebaran bahan kimia dan hama penyakit berbahaya.
Stasiun Karantina di wilayah keluar masuk barang dari dan ke luar negeri bertugas memberikan pelayanan pemeriksaan produk-produk tersebut. Proses karantina hewan, termasuk pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, atau pembebasan, dapat memakan waktu hingga 21 hari, untuk kategori risiko tinggi.
“Ini luar biasa, namun hingga saat ini, wilayah perbatasan kami dijaga ketat oleh Israel, sehingga kami hanya melakukan pemeriksaan tambahan saja. Semoga kami segera merdeka dan bisa melakukan sebagaimana prosedur yang dijalankan di Indonesia” harap Odeh Alsabarneh, salah satu perwakilan peserta Palestina.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengatakan, bahwa, “Ketahanan pangan dan peningkatan kapasitas SDM pertanian Indonesia menjadi fokus utama kami. Melalui berbagai kerjasama internasional, seperti pengembangan pertanian cerdas dan akses pasar, kita memperkuat ketahanan nasional sambil berbagi keahlian kepada mitra seperti Palestina.”
Terpisah, Kepala BPPSDMP, Idha Widi Arsanti, dalam sambutan pembukaannya, menegaskan bahwa pertanian bukan hanya sumber pangan, tetapi juga penopang ekonomi desa dan perekat hubungan antarbangsa. Ia menjelaskan bahwa Integrated Crop Management untuk alpukat dipilih karena komoditas ini memiliki potensi besar di pasar internasional, termasuk di Palestina, yang memiliki kondisi agroklimat mendukung.
“Melalui pelatihan ini, kita tidak hanya berbagi teknik budidaya yang tepat dan ramah lingkungan, tetapi juga memperkenalkan strategi pascapanen dan pemasaran agar alpukat memiliki nilai tambah di pasar global. BPPSDMP berkomitmen menjadikan kerja sama ini sebagai bagian dari diplomasi pertanian Indonesia, membangun jejaring petani, dan mencetak SDM yang adaptif terhadap tantangan zaman,” jelasnya. Ajeng*







