NFA Dukung NTT Jadi Motor Swasembada Pangan Nasional dari Timur

Kupang – Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) diyakini memiliki lima suar utama yang dapat menghantarkan Indonesia menuju swasembada pangan nasional. Kelima sektor tersebut adalah beras, jagung, daging sapi, garam, dan gula. Optimisme ini disampaikan Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional (NFA) Andriko Noto Susanto dalam kunjungan kerja bersama Komisi IV DPR RI di Balai Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) Kupang, Senin (23/09).

“Beras, jagung, daging, garam, dan gula adalah lima suar pangan dari NTT. Kalau semua dikelola optimal dengan dukungan infrastruktur dan teknologi, NTT bisa jadi motor swasembada pangan nasional dari kawasan timur,” kata Andriko. “Yang menarik, bukan hanya potensinya, tapi juga semangat masyarakat. Kita lihat petani dan peternak NTT punya daya juang tinggi, tinggal bagaimana pemerintah pusat dan daerah hadir dengan solusi konkret.”

Dari sisi beras, NTT memiliki lahan basah potensial seluas 384.951 hektare dengan proyeksi produksi 1,5 juta ton setara beras per tahun. “Konsumsi lokal hanya sekitar 622 ribu ton. Artinya ada surplus 880 ribu ton. Surplus ini bisa menopang daerah lain,” jelas Andriko.

Potensi besar juga ada pada komoditas jagung dengan lahan kering 1,84 juta hektare. Kapasitas produksi bisa mencapai 4,7 juta ton per tahun. “Jagung dari NTT bisa menopang industri pakan nasional. Jadi bukan sekadar mencukupi kebutuhan lokal, tapi juga menguatkan cadangan pangan nasional,” ujarnya.

Untuk sektor peternakan, NTT memiliki padang penggembalaan luas di Sumba dan Timor. “Kalau kita terapkan sistem ranch dan penggemukan modern, potensi daging sapi NTT bisa mencapai 167 ribu ton per tahun. Itu setara 63 persen defisit daging nasional. Jadi posisi NTT sangat penting untuk swasembada protein hewani,” kata Andriko.

Selain beras, jagung, dan daging, NTT juga berpeluang menjadi pusat garam nasional. “Tambak potensial 10 ribu hektare bisa hasilkan 2 juta ton garam per tahun dengan kualitas NaCl 98 persen. Ini cukup untuk menggantikan garam impor,” ucapnya.

“Dan jangan lupa, suar kelima yaitu gula. Dengan pengembangan tebu di lahan kering, NTT bisa jadi penyangga kebutuhan gula nasional. Tinggal diperkuat dengan investasi dan industri modern,” tambah Andriko.

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI sekaligus Ketua Tim Kunjungan Kerja, Ahmad Yohan, menegaskan bahwa sektor pertanian harus dimaksimalkan sebagai prioritas nasional. “Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, pangan ditempatkan sebagai sektor utama dalam Asta Cita. Pangan adalah kebutuhan paling mendasar untuk menghadapi situasi global yang tidak menentu,” kata Ahmad Yohan.

Menurut Yohan, NTT memiliki kekayaan pangan lokal dan komoditas unggulan yang luar biasa, tetapi tata kelolanya masih perlu dibenahi. “ASF, kesehatan sapi, sampai pemasaran jagung perlu ditangani segera. BRMP Kupang punya peran penting untuk memperkuat modernisasi pertanian dan peternakan. Kalau semua pihak bersinergi, NTT bisa jadi pilar swasembada pangan nasional,” jelasnya.

Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, menegaskan bahwa pembangunan pangan di NTT menjadi bagian penting dari upaya nasional menuju swasembada sesuai dengan Asta Cita Presiden Prabowo. Menurutnya, kedaulatan pangan hanya dapat dicapai jika daerah-daerah dengan potensi besar seperti NTT benar-benar didorong menjadi pusat produksi.

“Arahan Presiden jelas, kita harus swasembada pangan dengan mengandalkan kekuatan produksi dalam negeri. NTT adalah salah satu kunci dari target itu,” kata Arief. HNFA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *