Tim Kementan dan IFAD Turun ke Lapangan Tinjau Dampak Program

Berita, General24 Dilihat

GORONTALO – Setelah berjalan selama 6 tahun, sejak 2018, program pemberdayaan masyarakat tani, kerjasama Kementerian Pertanian dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) melalui program Rural Empowerment and Agricultural Development Scalling-up Innitiative (READSI), resmi berakhir tahun 2024.

Tim International IFAD bersama NPMO (Nasional Project Management Office) READSI Bapennas dan Kementerian Pertanian meninjau lokasi project di tiga provinsi wilayah pelaksanaan program READSI yaitu Provinsi Gorontalo (Group 1) dan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan (Group 2). Kegiatan ini berlangsung 4-8 Desember 2024.

Review dilakukan sebagai bagian Project Completion Mission untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi capaian kinerja pelaksanaan dan mengeksplorasi keberlanjutan serta kesiapan program READSI dalam proses pengakhiran.

READSI sendiri adalah program yang pendanaannya berasal dari IFAD badan khusus PBB yang menyediakan pendanaan untuk pengembangan pertanian

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengatakan jika SDM yang berkualitas adalah tulang punggung dalam pembangunan pertanian nasional.

Menurutnya, peningkatan kualitas pelatihan dan pendidikan bagi petani merupakan langkah penting untuk memastikan keberlanjutan ketahanan pangan Indonesia.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Idha Widi Arsanti, menekankan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah kunci utama untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Menurut Santi, pemberdayaan masyarakat seperti yang telah dilakukan program READSI akan membuka peluang bagi petani untuk mengelola usaha pertanian yang lebih terstruktur, berkelanjutan, dan meningkatkan jumlah pendapatan.

“Ini salah satu cara untuk masyarakat tani bisa berkembang. Dengan memanfaatkan hasil pembelejaran selama program berlangsung, untuk mendapatkan nilai tambah dan pendapatan yang lebih,” kata Santi.

Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Inneke Kusumawaty, yang juga Direktur Program READSI, menjelaskan jika program READSI ini sudah memasuki tahap akhir implementasi.

“Sekarang, Kami fokus untuk memastikan bahwa hasil dari program ini dapat diterapkan di daerah lain, dan lebih banyak daerah bisa merasakan manfaatnya,” jelas Inneke.

Dalam peninjauan, tim Kementerian Pertanian diwakili Cordelia Ervina dari Pusat Pelatihan Pertanian, ketua kelompok program dan kerjasama pelatihan yang juga Deputi Monev READSI, yang hadir bersama TIm NPMO READSI.

Sementara Tim IFAD yang berkunjung ke Gorontalo antara lain, Fenton Beed (Lead Global Technical Specialist – Agronomy), Program Officer IFAD Yumi Sakata, Gadzhi Murad Abdulvadudov (Financial Management consultant), Muhammad Iskandar (Financial Management Specialist) dan Rahmi Khalida (Gender, Social Inclusion, and Nutrition Specialist).

Bappenas diwakili, Wisnu Widagdo dari Dit Pangan dan Pertanian dan Frida Caturima Darojati dari Dit. Multilateral.

Jumat (6/12/2024), Tim bergerak mengunjungi Kelompok Wanita Tani (KWT)/ Poktan Karya Baru di Desa Liyoto Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo, dengan komoditas utama jagung,

Di lokasi ini, tim melihat lokasi infrastruktur jalan tani dan Usaha Poktan Suka Makmur dan Usaha Simpan Pinjam.

Nurdin dari Poktan Suka Makmur menceritakan dampak adanya program READSI.

“Dengan masuknya READSI di Desa Liyoto kami akhirnya membentuk kelompok tani, kami berdiskusi bersama untuk mencari solusi. Selain itu, kami juga mendapat benih unggul selain mendapat bantuan alsintan,” jelas Nurdin.

Bertempat di Kantor Dinas Pertanian, pada sore harinya diadakan pertemuan antara Tim IFAD, Tim NPMO READSI dan Tim PPSU-DPMO Gorontalo, DPMO Bone Bolango dan Bappeda.

Cordelia Ervina, Deputi Monev READSI, menjelaskan maksud dan tujuan tim IFAD-READSI turun ke lapangan dalam bagian Project Completion Mission IFAD.

“Sebagai bagian pengakhiran proyek, Tim IFAD bersama tim NPMO, turun ke lapangan. Tujuannya bukan untuk evaluasi program tapi, secara langsung bertemu langsung dengan petani, mendapatkan masukan, mendengar hambatan yang dihadapi dan dijadikan sebagai bahan pembelajaran, guna merancang format/skema program yang lebih baik dimasa yang akan datang,” jelas Cordelia.

Cordelia menambahkan IFAD juga ingin melihat bagaimana dampak program yang telah berjalan selama 6 tahun dari 2018, dalam meningkatkan pengetahuan dan pendapatan petani dan keluarga tani yang tergabung dalam program READSI.

Kepala Dinas Provinsi Gorontalo, Muljady D. Mario, mengapresiasi apa yang telah dilakukan IFAD melalui program READSI

Program READSI berdampak dalam peningkatan kapasitas dan pendapatan petani, tentu kami berharap walau programnya telah berakhir, pemberdayaannya masih akan berlanjut.

Fenton Beed dari IFAD, mengapresiasi pelaksanaan program READSI di Gorontalo. Dari apa yang telah ia lihat di lapangan selama kunjungan di provinsi Gorontalo, Ia melihat semangat dan kebersamaan petani dalam berusaha tani.

Fenton berharap, pasca program READSI proses pemberdayaan, tetap berlangsung dan pemerintah daerah dapat mereplikasi program.

Senada dengan Fenton, Yumi Sakata dari IFAD, mengapresiasi kerjasama yang baik yang telah dilakukan pemerintah provinsi bersama program READSI, program yang sukses.

Selama kunjungan, Ia melihat peran penyuluh sangat penting dilapangan, dalam meningkatkan kreatifitas petani dalam pengelohan lahan.

Yumi berharap walau program READSI berakhir, tetap ada peningkatan kapasitas penyuluh dengan pelatihan pelatihan.

Sehari sebelumnya, Kamis (5/12/24), tim berkunjung ke kelompok tani/ P4S Pangan Sari di Desa Molowahu dengan komoditas hortikultura, usaha kelompok tani : agri input dan smart farming

Fenton Beed dari IFAD antusias saat melihat lahan pertanian yang dikelola kelompok tani, terlebih karena telah menerapkan smart farming.

Ia juga terkesan dengan semangat para petani, membantu sesama petani dalam hal produksi dan bekerjasama.

Fenton dan para petani juga sempat berdiskusi tentang, sumber air, pengelolaan smart farming dan rotasi jenis tanaman.

Sebagai agronomist, Fenton senang melihat para petani telah menerapkan pengetahuan mengenai rotasi tanaman untuk menghindari hama penyakit, dan berharap mereka tetap menambah pengetahuan dan terus belajar CHA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *