MOJOKERTO – Perubahan iklim secara langsung maupun tidak langsung ikut serta berdampak terhadap perekonomian nasional. Sebagai contoh, kerugian pada sektor pertanian dan pesisir karena adanya perubahan iklim, apalagi diprediksi pada tahun 2100 diperkirakan kerugian bisa mencapai 2,2% dari total produk domestik bruto (PDB). Fenomena perubahan iklim adalah keniscayaan terlepas dari berbagai rencana aksi dan pelaksanaan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk ikut serta dalam pengurangan emisi gas rumah kaca. Walaupun demikian konsentrasi gas rumah kaca menunjukkan peningkatan dan diindikasikan berdampak pada pemanasan suhu bumi yang memicu terjadinya perubahan iklim.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menegaskan bahwa inovasi dalam sektor pertanian sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, meningkatkan produktivitas, dan memastikan ketahanan pangan nasional.
Hal ini juga sejalan dengan arahan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widhi Arsanti, yang menekankan pentingnya peningkatan kapasitas petani dan penyuluh dalam menerapkan praktik pertanian ramah lingkungan dan efisien.
Berdasar fenomena perubahan iklim, dan dalam rangka mendukung program Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mencapai ketahanan pangan nasional melalui swasembada pangan dan swasembada berkelanjutan, Dinas Pertanian Mojokerto dan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan bekerjasama melalui temu teknis penyuluh pertanian lingkup Kabupten Mojokerto, pada 24/2/2025. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Gedeg yang dihadiri oleh 36 peserta penyuluh pertanian dari BPP Gedeg, BPP Jetis, BPP Kemlagi dan BPP Dawarblandong serta penyuluh pertanian Kabupaten.
Temu Teknis Penyuluh Pertanian bertujuan untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi petani dan penyuluh dalam menghadapi perubahan iklim, serta mencari solusi inovatif dan praktis yang dapat mendukung swasembada pangan secara berkelanjutan.
Siti Arofah, Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, mengatakan bahwa, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pembinaan kepada penyuluh agar dapat lebih efektif dalam mengedukasi petani tentang praktik pertanian yang berbasis data dan responsif terhadap perubahan iklim.
Sementara itu, Isdianto selaku widyaiswara BBPP Ketindan yang mengajar pada temu teknis mengatakan, bahwa setelah mengikuti pembelajaran, diharapkan peserta dapat menjelaskan proyeksi perubahan iklim dan perkembangan terkini kebijakan adaptasi perubahan iklim sektor pertanian, dan menerapkan strategi adaptasi sektor pertanian menghadapi perubahan iklim dan aksi pengelolaan sumberdaya iklim dan air. Isdianto*