Apresiasi Langkah Kota Semarang, NFA Serukan Aksi Nyata Atasi Susut dan Sisa Pangan

SEMARANG — Penanganan susut dan sisa pangan (SSP) membutuhkan komitmen dan kolaborasi lintas sektor, mulai dari hulu hingga hilir, dengan melibatkan unsur pentahelix ABCGM (Academics, Business, Community, Government, dan Media), baik di tingkat pusat maupun daerah.

Hal itu disampaikan Direktur Kewaspadaan Pangan Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Nita Yulianis, saat menjadi narasumber dalam Workshop dan Pengukuhan Srikandi Pangan Kota Semarang di Semarang, Selasa (19/8/2025).

“Secara global, 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahun. Jumlah ini setara dengan sepertiga dari total pangan yang diproduksi untuk konsumsi dunia. Di Indonesia, timbulan sampah makanan diperkirakan mencapai 23 hingga 48 juta ton per tahun, dengan potensi kerugian ekonomi sekitar Rp551 triliun,” ungkap Nita.

Nita mengapresiasi langkah cepat Pemerintah Kota Semarang yang mendorong upaya pengurangan SSP melalui pengukuhan Srikandi Pangan yang merupakan kader PKK mulai tingkat kota, kecamatan sampai kelurahan serta organisasi kepemudaan Komite Nasional Kepemudaan Indonesia (KNPI). Menurutnya, keterlibatan ibu-ibu PKK dan pemuda dalam program ini menunjukkan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya penyelamatan pangan.

“Kami menyambut baik berbagai inovasi daerah. Hari ini, Kota Semarang menunjukkan contoh nyata dengan menggerakkan Srikandi Pangan. Ini bukti kesadaran masyarakat kian tumbuh untuk bersama-sama menghentikan boros pangan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Nita menegaskan tiga peran penting masyarakat dalam menyelamatkan pangan. Pertama, menjadi agen perubahan dengan menerapkan 8 Tips Stop Boros Pangan. Kedua, menyebarkan pesan tersebut ke lingkungan sekitar. Ketiga, melakukan aksi nyata, misalnya dengan redistribusi pangan yang aman dan layak konsumsi.

Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, dalam berbagai kesempatan juga menekankan bahwa isu SSP telah menjadi perhatian global. Karena itu, keterlibatan semua pihak menjadi mutlak.

“Pentingnya keterlibatan aktif akademisi, pelaku bisnis, masyarakat, pemerintah, dan media secara sinergis dan berkelanjutan adalah kunci mengatasi pemborosan pangan,” tegas Arief.

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, dalam sambutannya mengajak seluruh Srikandi Pangan membangun budaya stop boros pangan di lingkungannya.

“Srikandi Pangan harus bisa menanamkan gaya hidup sayang pangan. Ambil makanan secukupnya, masak sesuai porsi, dan jika masih ada sisa lebih baik dibungkus untuk dibagikan kepada yang membutuhkan. Karena tidak boleh ada makanan yang disia-siakan. Stop pemborosan makanan, stop menyia-nyiakan makanan,” tegas Agustina.

Senada dengan itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang, Endang Sarwiningsih Setyawulan, menekankan peran penting Srikandi Pangan sebagai agen perubahan dalam edukasi dan pencegahan sisa pangan, pola konsumsi B2SA dan berperan aktif dalam ketahanan pangan. Gerakan ini sekaligus mendukung empat pilar ketahanan pangan, yaitu ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan stabilitas.

“Menjaga stabilitas pangan salah satunya dengan tidak boros pangan. Saat belanja, belilah secukupnya, begitu pula saat makan jangan ada yang terbuang. Dengan begitu kita bisa menyelamatkan pangan sekaligus memperkuat ketahanan pangan,” jelas Endang.

Pada kesempatan itu juga dilakukan pengukuhan Wali Kota Semarang sebagai Penanggung Jawab Srikandi Pangan Kota Semarang oleh Direktur Kewaspadaan Pangan NFA, termasuk Ketua Tim Penggerak PKK Kota Semarang Lies Iswar Aminuddin sebagai Ketua Srikandi Pangan Kota Semarang dan Ketua KNPI Kota Semarang, Citra Mahardika serta Ketua Tim Penggerak PKK dari 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan sebagai Srikandi Pangan tingkat kecamatan dan kelurahan. HNFA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *