Anjuran ‘di rumah saja’ menangkal pandemi Covid-19 berdampak positif, terutama warga kota, kini gemar bertani dengan teknologi hidroponik. Momentum tersebut harus dimanfaatkan penyuluh untuk mendampingi ‘petani kota’ mendukung produksi pangan dari pekarangan rumah bagi ketahanan pangan nasional.
Seruan tersebut dikemukakan Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi menyikapi tren warga kota bertani di halaman rumah (urban farming) dengan hidroponik. Cara budidaya tanaman dengan sistem kerja melibatkan air dan nutrisi. Teknik hidroponik yang paling disukai adalah Deep Flow Technique (DFT) dinilai lebih mudah ketimbang Nutrient Flow Technique (NFT) dan Drip Irrrigation System.
“Penyuluh dan KostraTani memikul tanggung jawab untuk mengembangkan teknik hidroponik. Tujuannya, meningkatkan kapasitas produksi. Kalau produktivitas meningkat, berarti tujuan pembangunan pertanian kita tercapai. Kalau produktivitas tinggi, kita bisa mensuplai pangan untuk warga Jakarta. Itu artinya duit,” kata Dedi Nursyamsi di Serang, Provinsi Banten, Jumat (20/11).
Kepada para peserta Bimbingan Teknis Budidaya Tanaman Sistem Hidroponik Mendukung Kostratani yang diadakan di BPTP Banten di Serang, Dedi Nursyamsi menegaskan komitmen Kementerian Pertanian RI khususnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) mendukung pengembangan sistem hidroponik di seluruh Indonesia, khususnya Banten.
“Salah satu bentuk dukungan melalui KostraTani yang support pelatihan pada penyuluh dan petani, untuk meningkatkan produktivitas,” kata Dedi Nursyamsi.
Langkah tersebut, katanya, sejalan instruksi Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo bahwa hidroponik yang marak di perkotaan harus didukung sebagai momentum tepat mendukung ketahanan pangan nasional.
“Pertanian perkotaan (urban farming) melalui budidaya tanaman sistem hidroponik, selain tambah pendapatan juga mendukung ketahanan pangan,” kata Mentan seperti dilansir Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP (Pusluhtan).
Mentan Syahrul mengingatkan pertanian adalah sektor terpenting, karena menyangkut kebutuhan pangan dan penentu stabilitas nasional. Seiring itu, semua pihak mesti aktif menemukan cara untuk terus mengembangkan pertanian berbasis teknologi, di antaranya hidroponik.
Dedi Nursyamsi dengan teknologi hidroponik membuat bertania lebih mudah. Tidak harus punya lahan. Tanpa lahan pun, masyarakat terutama warga perkotaan dapat menanam sayuran di teras, halaman atau dinding rumah dengan teknologi hidroponik.
Sebagai penyangga Jakarta, dia meyakini Banten sangat berpotensi sebagai produsen utama sayuran dan buah-buahan. “Jakarta itu lautan duit yang harus kita anfaatkan, salah satunya melalui urban farming, dengan sistem hidroponik kita genjot produktivitas.”
Kepala BPPSDMP meminta agar penyuluh pertanian berperan aktif meningkatkan produksi pangan melalui keilmuan yang ditransfer kepada petani. Sistem hidroponik yang merupakan wujud urban farming tak memerlukan lahan luas.
“Penyuluh itu otaknya petani. Kalau petani pintar berarti penyuluhnya pintar. Kalau petani pintar, berarti dia mampu meningkatkan produkivitasnya. Keberhasilan pertanian adalah meningkatkan produktivitas, yang bisa tercapai kalau penyuluhnya pintar,” kata Dedi Nursyamsi.
Akhir kata, dia menyerukan penyuluh menjadi sosok yang dirindukan dan dicintai petani. Manifestasi penyuluh dirindukan dan dicintai petani, berarti dia intensif bersama petani. Berarti sudah banyak silaturahmi yang dia bangun.
“Kalau penyuluh selalu bersama petani, dirindukan dan dicintai petani, maka apa pun pesan yang disampaikan akan berhasil diserap petani,” kata Dedi Nursyamsi. HEVY/LA