Kementerian Pertanian kembali menambah jumlah Profesor Risetnya dengan dikukuhkannya Prof. (Riset). Dr. Ir. Erwidodo, Prof. (Riset) Dr. Ir. Sabran, Prof. (Riset) Dr. Ir. Mukhlis dan Prof. (Riset). Dr. Ir. Djayadi oleh Kepala LIPI sebagai Profesor Riset Kementerian Pertanian ke 147, 148, 149 dan 150. Pengukuhan ini dilaksanakan secara virtual di Auditorium Puslitbang Perkebunan, Bogor Senin (21/12) dan dihadiri langsung oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Mentan SYL menyampaikan bahwa meskipun terkendala oleh Covid-19, sektor pertanian masih bisa tumbuh sebesar 2,15 % pada triwulan III tahun 2020, ditengah-tengah pertumbuhan ekonomi Nasional yang mengalami kontraksi sebesar -3,49% pada periode yang sama. “Namun demikian, sektor pertanian tetap dituntut untuk terus meningkatkan kinerjanya, terutama dalam menyediakan bahan pangan pokok.” Tegasnya.
Untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani, Pemerintah sedang bekerja keras untuk mengembangkan Food Estate di Kalimantan Tengah seluas 30 ribu hektar. Dengan skala yang berbeda program ini dikembangkan pula di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. “Peneliti Badan Litbang Pertanian, termasuk Profesor Riset telah menunjukkan karya terbaiknya dalam mensukseskan program tersebut melalui dukungan inovasi teknologi, rancangan kelembagaan dan kebijakan yang tepat.” Lanjut Mentan.
Prof. Erwidodo yang menyampaikan orasi berjudul “REORIENTASI ARAH DAN STRATEGI MENUJU KETAHANAN PANGAN BERKEMANDIRIAN DAN BERDAYA SAING DI ERA PASAR GLOBAL” menyatakan bahwa Indonesia kedepan akan menghadapi permintaan komoditas dan produk pangan berkualitas yang terus meningkat. “Hal ini seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan masyarakat, tumbuhnya industri pengolahan, serta industri perhotelan dan restoran.” Ungkapnya.
Erwidodo menyimpulkan bahwa ketahanan pangan yang berkemandirian dan berdaya saing merupakan suatu keniscayaan bagi Indonesia. Agar tidak mengarah kepada kemandirian pangan ‘at all cost’, program peningkatan produksi pangan harus tetap mengacu kepada prinsip keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif serta efiensi alokasi sumberdaya. “Artinya, Indonesia tidak perlu berkemandirian untuk semua komoditas pangan. Kemandirian menjadi keniscayaan untuk komoditas pangan pokok dan strategis yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif.” Tambahnya.
Kemudian, Prof. Sabran dengan orasinya “DIGITALISASI UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK TANAMAN” memformulasikan cara-cara untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumberdaya genetik tanaman. “Digitalisasi dengan memberi pengidentifikasi pada aksesi sumberdaya genetik tanaman selain memadukan upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan, juga memudahkan penelusuran aksesi yang sudah diakses pihak luar negeri dan dapat diterapkan pada varietas tanaman, sehingga asal-usul suatu varietas dapat ditelusuri dan pergerakan varietas tersebut dapat dipantau.” Jelasnya.
Sabran menambahkan Keberhasilan digitalisasi untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas pengelolaan sumberdaya genetik tanaman memerlukan sinergi antar-pemangku kepentingan. Digitalisasi pengelolaan sumberdaya genetik tanaman juga berimplikasi pada keterbukaan akses terhadap sumberdaya genetik Indonesia oleh pihak luar negeri dan kemudahan akses peneliti dan organisasi di Indonesia terhadap sumberdaya genetik tanaman global.
“Karena itu diperlukan kebijakan terkait digitalisasi sistem pengelolaan sumberdaya genetik tanaman, seperti penyelesaian RUU Pengelolaan SDG, penetapan sumberdaya genetik atau spesies tanaman yang tersedia untuk diakses dan yang harus dilindungi untuk kepentingan nasional oleh Pemerintah sebagai dasar dalam perjanjian internasional. Serta dukungan pembiayaan yang proporsional untuk kegiatan konservasi dan perawatan bank sumberdaya genetik tanaman.” Lanjut Sabran.
Mendukung optimalisasi lahan rawa, Prof. Mukhlis mengangkat tema “INOVASI TEKNOLOGI PUPUK HAYATI MENDUKUNG PENGEMBANGAN LAHAN RAWA SEBAGAI LUMBUNG PANGAN” dalam orasinya. Bahkan, Mukhlis telah berhasil mengembangkan teknologi pupuk hayati adaptif tanah masam di lahan rawa. “Selama ini, penggunaan pupuk di lahan rawa masih bertumpu pada pupuk anorganik. Kondisi lahan rawa yang masam menyebabkan efektivitas pupuk ini berkurang, sehingga penggunaannya cenderung boros.” Ujarnya.
Menurutnya, penggunaan pupuk hayati merupakan solusi bijak menuju pertanian berkelanjutan, dan meminimalkan pencemaran lingkungan. “Titik tumpu pengembangan formulasi pupuk hayati secara teknis adalah memanfaatkan mikroba potensial hasil eksplorasi dan seleksi di lahan rawa.” Tambah Mukhlis. Hasil penelitian ini sejalan dengan program food estate lahan rawa sebagai kawasan lumbung pangan yang sedang dikembangkan di Kalimantan Tengah.
Sementara, Prof. Djajadi menyampaikan orasi dengan judul “INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERPADU UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING DAN KEBERLANJUTAN USAHATANI TEMBAKAU”. Dalam orasinya, Djajadi berhasil merumuskan gagasan baru untuk mengurangi impor tembakau dan meningkatkan daya saing tembakau dalam negeri. “Dengan implementasi inovasi teknologi budidaya tembakau terpadu, maka daya saing, produktivitas dan mutu tembakau dalam negeri dapat ditingkatkan sehingga impor tembakau dapat diminimalkan dan usahatani tembakau dapat dijamin keberlanjutannya.” Ungkap Profesor Riset Kementan ke-150 ini.
Mentan SYL mengapresiasi gagasan keempat Profesor baru ini. Konsep pemikiran yang dirumuskan selaras dengan upaya mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern. “Saya mengharapkan kepada keempat Profesor ini dan juga para peneliti lainnya untuk memberikan karya terbaiknya dan turut aktif berkontribusi pada perencanaan program dan kebijakan serta implementasi pembangunan pertanian di Indonesia.” Lanjut Mentan.
Sementara, Kepala Balitbangtan Dr. Fadjry Djufry menjelaskan bahwa orasi Profesor Riset ini juga menjadi sarana untuk mendorong para Peneliti muda terus berkarya untuk mencapai jenjang fungsional peneliti tertinggi dan mendorong Peneliti Ahli Utama untuk melakukan orasi sebagai Profesor Riset. “Orasi hari ini merupakan orasi yang ke lima sesuai dengan petunjuk Peraturan LIPI No. 15 Tahun 2018 dan merupakan orasi ke 44 diadakan Badan Litbang Pertanian sejak tahun 2006.” Jelas Fadjry.
Fadjry juga menegaskan bahwa dalam penyelenggaraan orasi ini Badan Litbang Pertanian menerapkan protokol kesehatan secara ketat. “Peserta yang hadir secara fisik di ruangan sangat dibatasi dan sebagian besar undangan mengikutinya secara daring baik melalui Zoom maupun melalui Youtube.” Tutupnya. LITBANG PERTANIAN