Amankan Produksi Padi, Kostratani Tegowanu Kawal Gerdal OPT WBC

Gerakan Pengendalian secara preventif dalam rangka mengamankan produksi padi di Kabupaten Grobogan terus dilaksanakan meski dalam kondisi pandemi Covid-19. Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan melalui Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Tegowanu dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Dinas Pertanian tetap mengawal dan mengendalikan perkembangan OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) di musim tanam 2021. Beberapa OPT yang dominan adalah wereng batang coklat (WBC).

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menegaskan kepada seluruh insan pertanian bahwa di tengah pandemi Covid-19, petani dan penyuluh harus tetap bersinergi menyediakan kebutuhan pangan sehingga tidak terjadi krisis pangan.

Pengendalian yang dilakukan dibawah komando Kostratani (Komando Strategis Pembangunan Pertanian) Tegowanu ini dimulai dengan penyemprotan massal menggunakan pestisida kimia, Applaud dengan dosis 2 gr/liter dan Venop dengan dosis 4 gr/liter air dilanjutkan dengan pengamatan intensif dan Gerdal ulang jika diperlukan.

Menurut Ketua Gapoktan Ngudi Tirto Desa Tegowanu Wetan, Parjono mengatakan bahwa gerdal ini dilakukan karena populasi WBC tiap rumpun padi sudah mencapai ambang batas ekonomis. “Setelah kami amati tiap hari, populasi WBC per rumpun sudah mencapai 25 ekor per rumpun, dan ini sudah warning perlu dilakukan pengendalian sesegera mungkin,” ujarnya.

Gerdal dilakukan di lahan seluas 25 hektar  yang terbagi menjadi 5 titik pengendalian dengan umur tanaman 50 – 60 hari setelah tanam (HST). “Gerdal dilakukan di Dusun Mendung, dengan varietas Ciherang, Inpari 32 dan Lokal. Populasinya 25 ekor per rumpun. Selain Gerdal, pengamatan dan monitoring juga dilakukan dilahan seluas 25 ha, dengan status waspada”, paparnya.

Sebelum kegiatan Gerdal, Koordinator PPL Kostratani Tegowanu, Sukono menyampaikan arahan, melatih dan mensosialisasikan aplikasi penggunaan pestisida secara bijaksana kepada petani. Pemaparan ini agar memperoleh hasil optimal yaitu dengan cara aplikasi secara serentak dan melibatkan banyak orang (petani).

Lebih lanjut, Sukono menjelaskan WBC merupakan hama yang menjadi momok bagi petani terutama komoditas padi. Kegiatan budidaya padi intensif memicu berbagai serangan hama dan penyakit, terutama WBC, karena menyebabkan serangan virus kerdil kumput maupun virus kerdil hampa dan berpotensi mengancam penurunan produksi padi.

Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, Sunanto tak henti-hentinya meminta petani harus bergerak cepat dan tidak membiarkan kondisi serangan hama WBC pada tanaman padi meluas dan berlarut-larut. Ia pun mengajak petani untuk mengikuti asuransi usaha pertanian untuk meminimalisir kerugian.

“Variabilitas iklim antar musim tanam semakin meningkat dalam dasawarsa terakhir, baik pada Musim Tanam (MT) I, MT II maupun MT III. Kondisi demikian akan berdampak kepada tingkat kerawanan bencana baik banjir, kekeringan, maupun perkembangan OPT tertentu. Dengan demikian informasi penggunaan varietas dan kebutuhan benih dengan memperhatikan musim tanam sangat diperlukan,” paparnya.

Ia menambahkan, Serangan hama/penyakit, banjir dan kekeringan hampir selalu terjadi setiap tahun. Intensitas dan frekuensi serangannya semakin meningkat. Salah satu penyebabnya adalah dipicu intensitas dan frekuensi perubahan iklim yang makin meningkat dalam dasawarsa terakhir.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengemukakan bahwa pandemi Covid-19 mempengaruhi perekonomian, namun sektor pertanian semakin kokoh lantaran kerja keras petani didampingi penyuluh.
“Petani harus turun ke lapangan, penyuluh harus turun ke lapangan dan mendampingi petani. Dalam kondisi apa pun, pangan tidak boleh bermasalah. Pangan tidak boleh bersoal. Untuk itu, kita harus tanam dan memastikan produksi tidak berhenti,” tegas Dedi. HARMOKO/YENI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *