25 Alumni Magang Jepang Ikuti Training on Profit, Loss Calculation and Action Plan

Nasional167 Dilihat

Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) menyelenggarakan Training on Profit/Loss Calculation and Action Plan bertempat di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang bagi 50 orang alumni magang Jepang selama 5 tahun terakhir. Pelatihan terbagi menjadi 2 angkatan, dan angkatan I dilaksanakan selama 3 hari mulai 2-4 Februari 2021 yang diikuti 25 orang alumni magang Jepang dari Lampung, Banten, dan Jawa Barat.

Tujuan kegiatan ini meningkatkan peran alumni magang Jepang sebagai agen perubahan dalam membimbing dan membina anggota masyarakat disekitarnya dalam peningkatan pertanian, memberikan wawasan bagi alumni magang Jepang dalam mengintegrasikan dan menguatkan jejaring kerjasama bidang pemasaran, dan meningkatkan pengetahuan dalam budidaya pertanian mulai dari penanaman, hingga hasil pertanian yang berkualitas tinggi. Dalam sambutan selamat datang, Kepala BBPP Lembang, Kemal Mahfud, berharap, “semoga dengan diadakannya kegiatan ini bermanfaat bagi peserta dalam mengelola kegiatan agribisnisnya”.

Mr. Takujiro Ito, Project Manager kegiatan Training on Profit/Loss Calculation and Action Plan, menyampaikan, “tujuan workshop ini agar petani di Indonesia bisa meningkat produktivitasnya dengan memperhatikan hal-hal yang nanti akan disampaikan”, jelasnya.

Pembukaan pelatihan oleh Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Bustanul Arifin Caya, secara virtual melalui zoom cloud meeting, Rabu (03/02/2021). “Kami harapkan para alumni magang Jepang ini bisa menerapkan di daerah masing-masing mengimplementasikan pertanian maju yang diperoleh selama di Jepang. Sebagai petani milenial dapat memanfaatkan teknologi pertanian dan teknologi informasi sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan, jelas Bustanul. “Dengan kegiatan ini kami juga berharap sebagai ajang menjalin kemitraan antar sesama alumni magang Jepang terutama bidang pemasaran”, ungkap Bustanul.

Sesuai arahan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, bahwa “pembinaan terhadap alumni magang Jepang menjadi salah satu dari 7 program aksi BPPSDMP, sehingga harapannya produk pertanian alumni magang Jepang bisa merambah pasar ekspor”, jelas Dedi. Ini juga menjadi perhatian Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, terhadap tumbuhnya petani milenial.

Selama berlatih, peserta praktik mengisi form keuntungan/kerugian dipandu Widyaiswara BBPP Lembang. Peserta diminta menuliskan kesan yang paling terasa saat mengikuti magang di Jepang. Peserta juga praktik mensimulasikan hasil panen/produksi ditambah 1,5 kali lipat dan biaya produksi ditambah 1,2 kali lipat. Secara keseluruhan maka diperoleh hasil keuntungan akan meningkat di berbagai komoditas sayuran maupun tanaman pangan.

“Jepang menginginkan kita memahami beberapa faktor penentu keberhasilan usahatani yang akan meningkatkan pendapatan kita”, jelas widyaiswara. “Faktor pertama adalah benih yang baik dan berkualitas menggunakan benih F1. Bila benih baik, 50% penentu keberhasilan usahatani. Faktor kedua adalah pengolahan lahan yang benar, usahakan menggunakan alsintan. Faktor ketiga adalah pemupukan, bisa menggunakan pupuk kimia ataupun organik yang mengandung unsur N, P, dan K, baik pupuk dasar maupun susulan sesuai rekomendasi. Keempat, faktor manajemen pengendalian hama penyakit tanaman yang sebaiknya diidentifikasi dahulu kondisi tanaman baik hama maupun penyakitnya. Lalu tentukan tindakan dan lakukan secara berkala. Faktor kelima, pascapanen yang tepat dengan melakukan grading (ukuran dan tampilan produk)”. JICA menyarankan agar petani membentuk asosiasi petani untuk bisa mengatasi permasalahan pemasaran.

Setiap peserta menyusun action plan, merencanakan apa yang akan dilakukan pada setiap aspek baik benih, persiapan lahan, pemupukan, pengendalian hama, pascapanen dan hal lainnya yang ada dalam proses produksi, kapan akan dilakukan, dan seberapa besar investasi yang harus dikeluarkan. Selanjutnya peserta kembali mensimulasikan dengan memprediksi kenaikan jumlah produksi/panen sebesar 30%.  Widyaiswara juga menyampaikan untuk menaikkan harga rata-rata per unit sebesar 20%, sehingga diperoleh keuntungan setelah dikurangi biaya produksi. Di penghujung workshop, peserta mempresentasikan action plan.

Mr. A. Koyama, narasumber dari JICA menyampaikan harapannya bagi seluruh alumni magang Jepang, “kami harap semuanya bisa mengadopsi teknologi pertanian selama magang di Jepang, selain etos kerjanya, juga cara-cara yang sudah dipelajari bagaimana menghitung keuntungan/kerugian, sehingga bisa menaikkan keuntungan dalam usahataninya”, jelasnya.

Dadan Ridwan, salah seorang alumni magang Jepang dari Kab. Tasikmalaya Jawa Barat, usia 29 tahun, menyampaikan kesannya mengikuti pelatihan ini, “banyak ilmu yang kami peroleh di pelatihan ini, bagaimana menganalisa usaha keuntungan dan kerugian serta akselerasi akses pasar”, jelasnya. CHETY/YOKO

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *