JAKARTA, Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat ekspor komoditi cengkeh mengalami kenaikan pada 2020. Kenaikan itu karena naiknya permintaan di negara importir. Pada 2020, volume ekspor sekitar 47,7 ribu ton, sedangkan tahun 2019 sekitar 25,9 ribu ton.
Demikian dikatakan Direktur Tanaman Semusim dan Rempah, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementan, Hendratmo Bagus Hudoro di Jakarta. “Ekspor cengkeh tahun 2020 mengalami kenaikan dibanding tahun lalu karena naiknya permintaan,” ujarnya
Secara umum, lanjut Bagus, kebutuhan cengkeh dalam negeri masih tercukupi. Rata-rata kebutuhan cengkeh nasional 120-140 ribu ton, dan sekitar 95 persen digunakan sebagai komponen bahan baku industri hasil tembakau.
Bagus menyebutkan, luas areal cengkeh nasional mencapai 574.76 hektar (Ha) dengan produksinya mencapai 140.812 ton serta produktivitas rata-rata 400 kg/Ha.
Bagus mengatakan, dalam lima tahun terakhir rata rata produktivitas cengkeh nasional relatif ada sedikit menurun. Jika pada tahun 2015 mencapai produktivitasnya sebesar 441 kilogram (Kg)/Ha, sedangkan pada 2020 produktivitasnya sebesar 416 Kg/ha.
Turunnya produktivitas cengkeh itu, menurut Bagus, disebabkan antara lain umur tanaman yang tua, kurang pemeliharaan, dan juga adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
Untuk itulah, lanjut Bagus, pemerintah pada tahun 2021 melakukan pengembangan cengkeh berupa kegiatan rehabilitasi seluas 100 Ha di sentra produksi antara lain Kabupaten Toli-toli (Sulawesi Tengah), Kabupaten Purwakarta (Jawa Barat), Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Jawa Timur dan Maluku. Humas Ditjenbun