Jakarta – Luas kebun karet di Indonesia tahun 2020 adalah 3.681.124 ha, dengan komposisi tanaman menghasilkan 2,832 juta ha, tanaman belum menghasilkan 679.510 ha dan tanaman tua/rusak 168.809 ha. Tanaman tua /rusak ini perlu peremajaan.
Menurut Heru Tri Widarto, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, Ditjen Perkebunan , strategi percepatan peremajaan tanaman karet dilakukan dengan inventarisasi lahan perkebunan karet rakyat; pembangunan nursery benih karet; menerapkan pola diversifikasi tanaman karet dengan tanaman lainnya; penumbuhan dan penguatan kelembagaan petani karet; pembiayaan dengan APBN, APBD, KUR dan sumber dana lainnya.
Pola tanam diversifikasi merupakan sistem usaha tani berbasis tanaman perkebunan yang berlangsung adanya integrasi atau diversifikasi fungsional antara dua komoditas atau lebih yang diusahakan oleh pekebun dalam pemanfaatan zat-zat makanan, sehingga antara komoditas tidak berkompetisi, melainkan saling subtitusi dalam memenuhi kebutuhan hara atau nutrisi sehingga terbentuk rantai ekosistem pemanfaatan zat-zat makanan secara tertutup.
Realisasi pola tanam karet jagung Ditjenbun sebagai bentuk pola tanam diversifikasi adalah tahun 2018 Kabupaten Batanghari, Sarolangun, Musi Rawas, Banyuasin masing-masing 100 ha dan Tanah Bumbu 200 ha. Sedang tahun 2021 di Kabupaten Merangin, Balangan dan Kepulauan Meranti masing-masing 100 ha.
Sedang realisasi KUR karet tahun 2020 Rp2,404 triliun untuk 92.604 debitur sedang sampai September 2021 Rp2,679 triliun dengan debitur 93.252 orang.
Edi Supriyanto, Kepala Pusat Penelitian Karet Indonesia (PT RPN) menyatakan dengan target peremajaan 60.000-100.00 ha/tahun maka kebutuhan bibit karet 33-55 juta batang/tahun. Keberhasilan peremajaan ditentukan oleh penyiapan bibit karet unggul bersertifikat oleh penyedia benih yang kompeten. Kemampuan Pusat Penelitian Karet sendiri dalam penyediaan benih tahun 2021-2022 adalah 3.019.263 batang.
Kriteria klon unggul karet adalah produksi lateks yang tinggi, yakni 36-40 ton karet kering selama 20 tahun masa sadap; pertumbuhan yang jagur dan seragam; toleran terhadap penyakit-penyakit daun; toleran terhadap kering alur sadap; toleran terhadap kekeringan.
Untuk peremajaan karet rakyat, Puslit Karet sudah mengembangkan model peremajaan karet rakyat partisipatif, berdasarkan pendekatan partisipatif dan pemberdayaan masyarakat. Model pendekatan dibagi menjadi daerah maju dan belum maju.
Daerah maju cirinya lokasi dekat jalan utama dengan infrastruktur yang bagus, dekat dengan pusat penyuluhan, memiliki akses pasar dan penangkar benih, serta dekat dengan lokasi pengembangan karet yang sudah berhasil. Petani di daerah ini diberi fasilitas kredit peremajaan karet. Daerah yang kurang maju cirinya sebaliknya dari daerah maju, petaninya diberi bantuan demplot peremajaan karet.
Pola yang sudah berjalan kelapa daerah memberi tugas pada Puslit Karet, kemudian bersama-sama dengan perbankan, dinas perkebunan, institusi lainnya dan gapoktan memberi bantuan pada petani. Bantuan pada petani berupa studi karakterisasi, pelatihan teknis dan dinamika kelompok, monitoring lapangan dan supervisi kelembagaan. Bantuan dana digunakan untuk dana HOK pembukaan lahan, bibit karet, saprotan, kawat pagar.
Untuk daerah maju Puslit Karet melakukannya tahun 2001 di Muara Enim dengan kredit untuk 224 ha; 2002 500 ha; 2003 500 ha; ditambah daerah lain yaitu OKU 500 ha dan Muba 200 ha. Sedang di daerah yang belum maju tahun 2003 di Muba demplot 24 ha pembibitan 12 kelompok; 2003 OKU demplot 12 ha pembibitan 6 kelompok; 2004 Banyuasin, Musi Rawas, Sarolangun dan Tabalong masing-masing demplot 50 ha pembibitan 6 kelompok; 2005 di Banyuasin, Sarolangun, Tabalong dan Sintang masing-masing pembibitan 6 kelompok. Humas Ditjenbun