Kelola Pola Pemasaran, Tingkatkan Ekonomi Desa dan Nilai Tambah Pertanian

Berita, General50 Dilihat

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, sektor pertanian berperan sebagai penyedia lapangan pekerjaan terbesar, sekitar 38,7 juta orang (28%-30%) dari total pekerja di Indonesia. Saat pandemic covid, tenaga kerja di sektor ini meningkat 2,23%. Disampaikan juga bahwa lebih dari 70% sumber pendapatan Rumah Tangga Petani (RTP) berasal dari sektor pertanian. Informasi tersebut menjadi bukti pentingnya peran sektor pertanian, terutama dalam penyediaan pangan dan menunjang perekonomian RTP.

Sektor pertanian yang sebagian besar bergerak di wilayah pedesaan, berpotensi besar mendongkrak perekonomian desa dan memberdayakan masyarakatnya secara luas. Usaha pertanian, termasuk di dalamnya produksi ternak, menyediakan kebutuhan pangan dan bahan pokok harian lainnya yang diperlukan secara berkelanjutan. Keberlanjutan ini potensi besar menyediakan pasar yang berkesinambungan. Selain itu, proses produksinya tidak hanya dapat dilakukan di area yang luas, tapi juga dari pekarangan rumah yang terbatas.

Efektifitas dan efisiensi usaha pertanian dapat dikembangkan melalui strategi peningkatan nilai tambah. Mulai dari penyediaan bahan baku produksi hingga pemasaran hasil. Dengan begitu, pendapatan dan minat berusaha tani juga dapat meningkat.

Menurut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), percepatan menuju pertanian modern dapat diwujudkan secara cepat apabila salah satu program smart farming dapat dikembangkan secara baik. Yang pasti, kata dia, efisiensi tenaga, waktu dan biaya produksi harus bisa diturunkan hingga 30 persen.

“Dengan efisiensi, marginnya bisa kita naikan. Saya kira semua bisa kita wujudkan dengan kebersamaan. Dan ingat pertanian itu memberi keuntungan dan memberi kebaikan,” katanya.

Peningkatan nilai tambah pada penyediaan input produksi diantaranya dengan pemanfaatan bibit unggul, serta bahan nutrisi dan pengendali hama penyakit alami. Menekan biaya produksi dan menambah nilai dari kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Nilai tambah pada kegiatan produksi dapat dilakukan dengan penggunaan sistem produksi hasil tinggi atau terstandar, yang menjamin kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan. Peningkatan nilai tambah panenan dapat diperoleh dari kegiatan pascapanen, mulai dari sortasi dan grading, pengemasan, hingga pengolahan hasil untuk mendapatkan masa simpan yang lebih lama atau tekstur, penampilan, dan rasa yang lebih dapat diterima pasar yang lebih luas.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengungkapkan saat ini adalah eranya generasi milenial dalam mengambil peran dan kesempatan.

Menurutnya, kemajuan pertanian harus didukung petani milenial karena milenial memiliki semangat berinovasi yang tinggi untuk melakukan cara-cara yang baru terhadap penanganan pertanian yang maju, mandiri, dan modern.

“Di era 4.0 ini ada lima hal yang harus di pegang oleh petani milenial yaitu rencana, antusias, ilmu, pengetahuan, keterampilan dan aksi nyata. Jika itu semua ada di genggaman kalian impianmu pasti akan terwujud. Sudahlah, hilangkan pardigma kalau petani itu miskin. Mulai untuk mengelola dengan serius dari budidaya, hilirisasi produk, hingga pengembangan pasarnya, pasti akan lebih mengembangkan ekonomi, jangan hanya budidayanya saja,” jelasnya.

Sementara itu menurut Saptini Mukti Rahajeng, salah satu widyaiswara pengampuan budidaya dan agroteknologi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan mengatakan, bahwa pola pemasaran dapat dikelola agar mendapatkan peluang pasar yang lebih banyak.

“Onlineshop atau melalui platform-platform pemasaran yang ada saat ini, atau secara langsung mengakses saluran pasar tradisional dan modern. Strategi nilai tambah tidak hanya meningkatkan peluang produksi dan pasar, tapi juga berdampak melahirkan pelaku dan menyerap tenaga kerja lebih banyak,” ujarnya. Saptini/Yeniarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *