oleh :
Saipulloh, SP, M.Si (Pengawas Benih Tanaman) dan Drs. Nono Suharyono (Pranata Humas Ahli Madya)
Ketersediaan benih berkualitas merupakan tahapan yang harus dipenuhi untuk meningkatkan produktivitas khususnya pada kelompok tanaman berbiji. Pada kelompok ini penggunaan benih (dalam bentuk biji) bermutu pada awal kegiatan penanaman, merupakan salah satu jaminan keberhasilan produksi yang akan dicapai. Uji Perkecambahan biji merupakan salah satu yang harus dilakukan di awal kegiatan uji mutu benih pada proses produksi benih.
Perkembangan suatu tumbuhan berbiji diawali oleh suatu proses yang disebut dengan perkecambahan (germination). Pada proses perkecambahan, benih (biji) yang semula inaktif mulai melakukan beberapa aktivitas fisiologis. Dalam tahap ini embrio dalam biji yang semula istirahat (dorman) mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang selanjutnya tumbuh dan berkembang menjadi tanaman muda yang disebut dengan kecambah. Perkecambahan merupakan proses lanjutan yang terjadi setelah benih ditanam pada kegiatan produksi komoditas tanaman. Tidak semua benih yang ditanam mampu melakukan proses perkecambahan. Oleh karena sifat atau karakter suatu benih perlu diketahui sebelum melakukan kegiatan penanaman. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya perkecambahan, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Hambatan faktor dalam seperti adanya sifat dorman pada beberapa jenis benih perlu dipatahkan sejak awal, sehingga kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan berkecambah suatu benih yang sudah ditanam bisa dihindari.
Dormansi merupakan reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Bagian dari tanaman yang sering menunjukkan peristiwa dormansi adalah “primordia tunas/kuncup” dan benih (biji). Keadaan inaktifnya proses pertumbuhan ini sering diistilahkan bahwa bagian dari tanaman tersebut dalam keadaan dorman. Dormansi benih dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana benih tidak dapat berkecambah meskipun sudah diberikan faktor-faktor yang mendukung perkecambahan. Benih dikatakan dorman bila fisik benih tetap segar tetapi tidak berkecambah meskipun sudah diberi perlakuan tertentu. Menurut Sutopo, L. (2002) dijelaskan bahwa dormansi benih merupakan suatu keadaan di mana benih-benih viable tetapi gagal berkecambah meskipun berada dalam kondisi normal, baik untuk perkecambahan, kelembaban yang cukup, dan cahaya yang sesuai. Dormansi merupakan strategi untuk mencegah perkecambahan di bawah kondisi dimana kemungkinan hidup kecambah rendah.
Keadaan istirahat atau berhenti tumbuh bagian tanaman ini suatu saat bisa aktif melakukan proses pertumbuhan (perkecambahan). Perkecambahan benih merupakan serangkaian proses kompleks metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa adanya gangguan. Tiap substansi gangguan yang menghambat salah satu proses perkecambahan akan berakibat terhadap terhambatnya seluruh rangkaian proses perkecambahan.
Pematahan dormansi dapat dilakukan dengan beberapa cara, baik secara fisik, mekanik maupun kimiawi. Pertama pematahan dormansi secara fisik dapat dilakukan dengan perlakuan suhu. Menurut Hartman et al. (2011) menyatakan bahwa struktur dan komposisi kulit benih sangat mempengaruhi proses perkecambahan. Kulit benih yang keras dapat mempengaruhi proses imbibisi air ke dalam benih, serta mempengaruhi pertukaran gas. Selain bisa bertindak sebagai penghambat mekanis, juga dapat mencegah keluarnya zat penghambat dari embrio dan menyuplai zat penghambat ke embrio. Perlakuan perendaman dengan air bersuhu panas dapat melunakkan kulit biji dan terlarutnya inhibitor, sehingga segera bisa memacu proses perkecambahan. Ditambahkan oleh W. Crocker and L. V. Barton (1995) bahwa suhu tertentu dapat menyebabkan terjadinya terdegradasinya lapisan kulit benih, sehingga membuat benih permeabel terhadap air, namun pada suhu air yang tinggi tidak hanya melarutkan lapisan kutikula di sekitar kulit benih, tetapi juga dapat berpengaruh terhadap bagian dalam benih seperti embrio atau kotiledon. Kedua pematahan dormansi secara mekanik dapat dilakukan dengan dengan melukai benih, sehingga ada sedikit tempat yang luka yang bisa menyebabkan air dan udara bisa masuk dalam benih. Beberapa perlakuan untuk mematahkan dormansi dengan skarifikasi yaitu seperti penusukan, penggoresan, pengikiran, sampai dengan pemecahan. Kelemahan cara ini memerlukan banyak tenaga kerja. Ketiga pematahan dormansi secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan zat/senyawa kimia tertentu, seperti ethepon, ethilen, asam sulfat, asam giberelin (GA3) dan senyawa lainnya.
Dengan mengetahui karakter benih yang salah satu diantaranya yaitu adanya suatu dormansi dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. Dengan meningkatnya hal tersebut, akan meningkatkan keberhasilan usaha tani yang pada akhirnya meningkatkan penghasilan petani. Dengan memahami dormansi benih, semoga dapat menambah khazanah pengetahuan bagi para petugas dan pihak-pihak yang menangani bidang perbenihan. Humas Ditjenbun