Blitar- Untuk mengatasi permasalahan pupuk mahal dan langka, Pemerintah Blitar melalui Dinas Pertanian dan Pangan melaksanakan program pelatihan pembuatan pupuk organik bagi petani bekerjasama dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan (BBPP Ketindan). Hal ini diharapkan bisa membantu petani atas kelangkaan pupuk anorganik. Pelatihan ini juga bertujuan untuk menyukseskan Genta Organik (gerakan tani pro organik) yang berorientasi peningkatan produksi dengan hasil panen yang diperoleh lebih tinggi, kualitas dan kuantitasnya terjaga.
Hal ini seperti ditegaskan oleh Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas hasil pertanian di Indonesia adalah ketersediaan dan kecukupan pupuk anorganik. Akan tetapi, sampai saat ini, untuk memenuhi ketersediaan dan kecukupan pupuk organik sangat sulit dan mahal karena beberapa bahan bakunya masih tergantung impor dari negara lain.
Oleh karena itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan, dengan adanya Genta Organik akan menggerakan pertanian pro organik yang mendorong pemanfaatan pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah sebagai solusi terhadap masalah pupuk mahal, guna mendorong petani memproduksinya secara mandiri. Selain juga untuk meningkatkan produksi pertanian, mengurangi penggunaan pupuk anorganik tentunya juga untuk menjaga kelestarian lingkungan.
“Genta Organik bukan berarti mengharamkan pupuk kimia. Jadi, di dalam Genta Organik untuk mengatasi pupuk mahal di dalamanya ada pupuk organik, pupuk hanyati, pembenah tanah dan pemupukan yang berimbang,” kata Dedi.
Diikuti oleh 14 Gapoktan di BPP Gandusari, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Wawan Widianto, menegaskan, “Produk yang sehat akan menjadikan konsumen yang sehat, dengan
Genta Organik sebagai solusi pupuk mahal di rancang dengan tujuan menyuburkan tanah, meningkatkan produksi pertanian, mengurangi penggunaan pupuk anorganik, menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan SDA, yang pada akhirnya mendukung terwujudnya swasembada pangan nasional dan kedaulatan pangan nasional.
Sementara itu, Koordinator Jabatan Fungsional Penyuluh Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, Jadi, mengatakan penerapan inovasi teknologi ini secara sosiologis bisa diterima, secara teknis bisa dilakukan, secara ekonomis menguntungkan petani.
“Kabupaten Blitar, menjadi salah satu yang konsisten untuk implementasi kegiatan tersebut, disamping ketersedian sumber daya alam dan sumber daya manusianya lebih siap, sehingga nantinya dapat menjadi salah satu model wilayah pertanian berdaulat yang ramah lingkungan, adaptif terhadap perubahan iklim, dan berkelanjutan di Indonesia. Dengan demikian kemandirian akan ketersedian pupuk bisa disediakan disetiap kelompok tani dan gapoktan guna mempersiapkan lumbung pangan 2045 nanti,” pungkas Jadi. Tuban/ Jadi/ Yeniarta