Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa perkebunan merupakan salah satu penopang ekspor pertanian Indonesia. Capaian totalnya sebesar Rp485,16 triliun, atau naik 7,29% bila dibanding periode yang sama di 2021.
Memang kita harus fokus dan terarah dalam membangun perkebunan. Perkebunan itu harus punya prioritas terhadap komoditas yang akan ditingkatkan. Oleh karena itu, efisiensi pemanfaatan sumber daya harus terukur untuk menetapkan target dan tujuan. Semua petani harus bersatu dalam corporate ini,” ungkap Syahrul, di Bogor, pada September 2022 lalu, saat memberikan arahan pada peluncuran corporate identity Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian sebagai lambang era baru perkebunan Indonesia,
Lebih jauh, Menteri Syahrul mengingatkan, perkebunan Indonesia ialah etalase dunia yang memiliki kekuatan besar terhadap tumbuh kembangnya ekonomi bangsa.
Mentan Syahrul juga menyebut, sistem ketahanan pangan Indonesia diakui dunia sebagai salah satu sistem terbaik di antara 114 negara tropis di dunia. “Ternyata pengakuan FAO, badan dunia tertinggi di dunia di bidang pertanian, menyebutkan bahwa apa yang Indonesia lakukan adalah salah satu contoh terbaik sistem ketahanan pangan yang ada, khususnya pada negara tropis, ada 114 negara tropis. Itu bukan kata kita, itu kata orang lain,” ucap Syahrul.
Ke depan, kata Syahrul, pengelolaan dan pengembangan sub sektor perkebunan harus dilakukan lebih baik agar bisa menjawab semua tantangan karena perkebunan Indonesia dibutuhkan dunia. “Artinya, ke depan tidak boleh lagi dengan cara seperti kemarin, dunia sedang tidak baik-baik saja, perkebunan Indonesia dibutuhkan oleh dunia (harus lebih baik),” kata Syahrul.
“Oleh karena itu perkebunan harus lebih fokus, akseleratif, dan harus selangkah lebih maju memanfaatkan semua ruang dan peluang yang ada untuk menjawab tantangan. Artinya itu juga ajakan untuk semua pihak, ayo kita berkolaborasi,” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Andi Nur Alam Syah menambahkan, saat ini terdapat tujuh program prioritas yang menjadi reorientasi ke depan, salah satunya Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) melalui program kelapa sawit tumpang sari tanaman pangan (Kesatria). Nur Alam menegaskan bahwa inilah saatnya Indonesia membangun kekuatan bersama melalui sub sektor perkebunan yang jauh lebih maju, mandiri, dan modern.
“Kami percaya perkebunan ialah mata rantai harmonis yang selaras dengan harapan masyarakat dan bangsa Indonesia. Inilah saatnya perkebunan membangun kekuatan untuk menjawab tantangan ke depan,” ujarnya.
Sejalan dengan yang disampaikan Mentan dan Dirjen Perkebunan, dalam mewujudkan kolaborasi pemerintah dan swasta di bidang perbenihan khususnya komoditas kelapa sawit, maka jika kebanyakan penangkar benih kelapa sawit di Indonesia hanya menyediakan 1 atau 2 varietas dari satu sumber benih, namun pusat pembenihan ini menawarkan berbagai pilihan varietas. Berbeda dengan produsen benih ini, menjadi etalase pertama yang memperkenalkan berbagai varietas sumber benih kelapa sawit di Indonesia.
Sebut saja, PT. Graha Map Indonesia, yang berlokasi di Marpoyan Damai, Pekanbaru, Riau saat ini layak menjadi benih center kelapa sawit dan sekaligus etalase pembenihan kelapa sawit pertama yang ada di Indonesia. Pasalnya, di sini masyarakat bisa mendapatkan beberapa koleksi varietas dari sumber benih di Indonesia. Seperti D x P Simalungun asal PPKS Medan, D x P Sriwijaya, AA-D x P Topaz dari Asian Agri, D x P Dami Mas produksi Sinar Mas dan D x P First Resources.
Menurut Eko Sialagan, pengelola kegiatan pembenihan, pengembangan etalase ini tidak hanya untuk memasarkan benih bermutu bagi pekebun namun juga menjadi wadah untuk mengintroduksi varietas unggul yang sebelumnya kurang dikenal. Setidaknya terdapat potensi ketersediaan benih sampai dengan 1 juta batang setiap tahunnya dengan berbagai pilihan varietas.
“Selain bisa mendapatkan bahan tanam kami juga memberikan edukasi bagi calon pembeli terkait keunggulan berbagai varietas secara objektif karena kami tidak berafiliasi dengan salah satu sumber benih. Kami juga membagikan pengetahuan tentang pengelolaan bahan tanam agar nantinya bisa berproduksi secara optimal”, jelas Eko.
Harapannya ke depan, etalase yang merupakan pembenihan yang juga pusat pengembangan santripreneur ini akan menambah koleksi melalui kerjasama dengan sejumlah produsen sehingga menjadi central point untuk penyebaran varietas unggul. Saat ini tercatat ada 62 varietas unggul kelapa sawit yang telah dilepas dengan rincian 60 varietas D x P dan 2 klon. (NS/Humas DitjenBun)