Kementan Ajak Generasi Muda Perkuat dan Ciptakan Produk Turunan Perkebunan yang Mendunia

Berita, Perkebunan30 Dilihat

Sumedang – Komoditas perkebunan bisa menghasilkan beragam produk turunan, dan bisa dikolaborasikan menjadi perpaduan rasa yang khas dan terbukti berhasil menggugah selera para pecinta kopi dan kakao (cokelat) hingga gula aren.

Sejak berdiri tahun 2018 Ai Awang Hayati, owner CV. Kopi Geulis Indonesia berperan aktif dan tak pernah pantang menyerah mengembangkan kopi Indonesia. Tak dapat dipungkiri beberapa waktu lalu, usahanya turut terdampak karena diterpa pandemi Covid 19 namun owner Kopi Geulis ini tetap komitmen dan tekun merintis kembali usahanya hingga stabil.

Duet kombinasi fantastis antara kopi, kakao dan gula aren sukses diciptakan Kopi Geulis Indonesia. Salah satu terobosan kopi cokelat yang berhasil diproduksi yaitu Kopi Komandan, yang sudah diblend dengan gula aren.

“Produk kami dijual baik lokal, nasional dan internasional. Pernah menjual kopi ke China dalam bentuk roasted bean, sedangkan untuk green bean beberapa negara sudah mengajukan pemesanan dalam jumlah yang sangat banyak, ratusan ton. Salah satunya dari Mesir yang sudah datang ke Sumedang, Korea dan Afrika Selatan yang sudah mengajukan pemesanan,” ujar Ai Awang.

Ai Awang menambahkan, “Kami juga pernah mengikuti expo di beberapa negara, seperti di bulan Juli 2019 kami gelar expo di Afrika Selatan, November 2019 di Uzbekistan, November 2021 di Maroko, ODICOF, Juni 2022 di Turki, dan di tahun 2023 ini, di bulan Maret kami expo di Mesir, sedangkan di bulan Juni 2023 di Finlandia,” ungkapnya.

“Jenis kopi yang kami produksi seperti Arabika, Robusta, dan Liberika, sedangkan untuk menciptakan produk turunan berbagai varian rasa kami menggabungkan dengan produk pertanian lainnya, yang sebagian dimodifikasikan dengan kopi, seperti kopi gula aren, kopi jahe, kopi lemon, kopi rempah dan kopi cokelat dalam bentuk bubuk, baik kemasan pouch maupun kemasan sachet. Selain olahan biji kopi dengan berbagai varian, juga memproduksi teh kulit kopi (cascara), permen kopi, brownies kopi, sabun kopi, masker dan lulur berbahan dasar kopi, serta mengolah limbah menjadi pupuk dan media tanam,” ujar Ai Awang.

Ai Awang menambahkan, kami menggunakan Solar Driyer Dome untuk penjemuran kopi pada bulan Maret hingga Juli, sisanya dimanfaatkan untuk pengeringan produk pertanian yang lain. Biasanya produk kami disajikan di kafe-kafe, selain itu Kopi Geulis juga memproduksi dalam kemasan yang siap seduh di rumah.

Ia memperoleh bahan baku dari kelompok tani mitra baik di Sumedang maupun di luar Sumedang. Kelompok tani yang dihimpun di wilayah Sumedang sekitar 500 ha.

Menurut Ai Awang, Kopi Geulis Indonesia menampung sesuai kebutuhan. “Bahan baku kopi yang digunakan berkualitas dan beberapa kali mengikuti cupping taste, mendapatkan score paling tinggi dan memperoleh predikat Gold Class Coffee,” ujarnya.

Ai Awang melihat prospek kopi ke depannya akan semakin baik karena melihat trend minum kopi sebagai lifestyle atau kebiasaan masyarakat konsumsi kopi terus meningkat. Untuk itu ia gencar lakukan sosialisasi manfaat minum kopi agar semakin banyak generasi muda tertarik dengan produk-produk turunan Kopi Geulis. Kopi Geulis, juga melakukan pelatihan-pelatihan edukasi kopi, baik budidaya, pengolahan, dan barista, secara gratis kepada petani dan masyarakat.

Ai Awang berharap, Indonesia tak hanya sebagai penyuplai bahan baku kopi mentah dunia saja, namun diharapkan juga bisa menjadi penyuplai kopi yang sudah siap saji atau siap seduh, produk turunan kopi semakin dikenal dan diminati pasar global.

Kopi Geulis mengapresiasi upaya Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan yang telah memfasilitasi beberapa program, diantaranya fasilitas penjemuran kopi (Solar Driyer Dome), sertifikasi ISO dan promosi, serta mempercayakan Kopi Komandan diproduksi oleh Kopi Geulis Indonesia.

“Ditjen Perkebunan diharapkan dapat menjadi orang tua bagi para pekebun dan pelaku usaha kopi khususnya, serta semoga Kopi Indonesia semakin berjaya dan mendunia, tidak hanya kopi mentah saja tetapi juga produk turunannya, supaya nilai tambahnya lebih tinggi,” harap Ai Awang.

Di sisi lain, Andi Nur Alam Syah, Direktur Jenderal Perkebunan, mengatakan sudah saatnya generasi muda terjun kembang perkebunan Indonesia dan geluti usaha perkebunan ciptakan proses hilirisasi yang menghasilkan produk turunan yang berdaya saing, inovatif dan kreatif. Pentingnya hilirisasi perkebunan karena dengan adanya produk turunan hasil dari perkebunan, dapat langsung dinikmati konsumen dalam negeri maupun luar negeri, sekaligus menambah pendapatan pelaku usaha perkebunan. Untuk itu, diperlukan wadah atau komitmen kuat agar mampu membuat produk olahan serta memasarkannya, salah satunya melalui penguatan kelembagaan dan tergabung dalam korporasi perkebunan atau melakukan kemitraan.

Sekarang ini banyak generasi muda yang tertarik untuk memulai bisnis perkebunan karena terbukti menjanjikan dan berbagai ragam produk turunan perkebunan setia menemani kita, hadir didalam kehidupan sehari-hari kita, baik itu produk pangan, produk kesehatan maupun produk kecantikan, serta bahan energi. Perlu kolaborasi semua pihak, mari bersama tingkatkan kualitas mutu yang bernilai tambah dan berdaya saing serta perkuat branding produk turunan perkebunan, agar keberterimaan produk kita bisa terus meluas dan meningkat dipasar global, serta tentunya meningkatkan kesejahteraan pekebun Indonesia. Humas Ditjenbun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *