JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya untuk menjaga ketahanan pangan ditengah ancaman krisis pangan global dan perubahan iklim ekstrim yang belum usai.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa dalam satu tahun masa jabatannnya adalah memperkuat produksi berbagai komoditas strategis seperti pada dan jagung. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden, yaitu untuk menekan impor dan kita dapat swasembada kembali.
Krisis pangan sama dengan krisis keamanan dan politik. Pangan adalah senjata kita, dan kita harus menekan impor bahkan harus bisa menyetop impor, kita harus ekspor”, ujar Mentan Amran.
Mentan Amran optimis, jika dalam jangka waktu dua sampai tiga tahun ke depan Indonesia akan kembali mencapai swasembada pangan, terutama dalam produksi padi dan jagung.
Pada acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) perdana Tahun 2024, bertemakan “Kebijakan dan Program Kementerian Pertanian Tahun 2024”, Jumat (05/01/2024) dari Ruang AOR Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), secara virtual Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di lapangan maka kita harus bekerjasama. Kerjasama yang baik antara pemerintah pusat dengan petani dan penyuluh pertanian di lapangan.
“Pemerintah Pusat menyediakan anggaran sedangkan yang di daerah petani dan penyuluh pertanian bahu membahu mengimplementasikan dan berkomunikasi, misalnya dengan Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) yang menyediakan benih”, jelas Kabadan Dedi.
Narasumber MSPP, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan bahwa perkembangan produksi dan kebutuhan beras pada 2018-2023 terjadi penurunan dan untuk target 2024 – 2025 adalah akselerasi pada program peningkatan produksi padi dan jagung. Pada tahun 2024 kita berharap dapat bisa meningkatkan produksi dengan total 30 juta ton supaya tidak mengimpor terlalu banyak lagi, ujar Boga begitu ia biasa disapa.
“Kita akan mendukung upaya khusus percepatan tanam dan peningkatan produksi padi dan jagung di tahun 2024, untuk dataran tinggi butuh benih yang khusus, jelasnya.
Boga menambahkan bahwa untuk benih harus dikawal sertifikasinya. Sedangkan untuk kelangkaan pupuk solusinya adalah dengan membuat pupuk hayati atau organik. Selain itu, kita juga harus mengurangi adanya penggunaan anorganik agar tanaman dapat lebih sehat.
“Harapan kedepannya kita selalu berkoordinasi untuk memperkuat komunikasi dalam menjalankan program – program akselerasi di lapangan dan meningkatkan produksi padi, kedelai dan jagung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”, imbuhnya. HV/NF