Praktik Kerja POPT Upaya Pengendalian OPT Berkelanjutan pada Tanaman Kopi

Berita, Perkebunan93 Dilihat

BLITAR – Ancaman organisme pengganggu tumbuhan (OPT) semakin meningkat seiring perubahan iklim dan kebutuhan produktivitas tinggi.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyatakan bahwa pengendalian OPT merupakan bagian dari strategi ketahanan pangan nasional. Untuk komoditas bernilai tinggi seperti kopi, pengendalian yang berkelanjutan dan berbasis ramah lingkungan perlu terus ditingkatkan guna menghindari ketergantungan pada bahan kimia yang berpotensi merusak ekosistem jangka panjang.

Di sisi lain, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, juga menekankan pentingnya keterampilan dalam pengendalian OPT sebagai bentuk dukungan terhadap peningkatan produksi pertanian berkelanjutan.

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, sebagai UPT dibawah BPPSDMP, melaksanakan kegiatan Praktik Kompetensi Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (PK-POPT) yang berfokus pada tanaman kopi sebagai salah satu komoditas utama di Kelompok Ngudi Makmur, Dusun Tegalrejo, Desa Ampelgading, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, pada 23 – 29 Oktober 2024.

Program ini bertujuan mengembangkan keterampilan peserta dalam mengatasi ancaman OPT secara efektif. Di samping itu, pengendalian OPT yang dilakukan berbasis budidaya sehat, pengaturan pH tanah, dan pemanfaatan agens hayati serta metode alami lainnya.

Materi pelatihan PK-POPT ini mencakup berbagai aspek teknis mulai dari pengumpulan data primer, identifikasi masalah lapangan, hingga analisis agroekosistem untuk memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan OPT, Analisis dan evaluasi hasil pengendalian OPT, Pengembangan metode pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT dan tindakan karantina, Analisis Daerah Sebar OPT/OPTK dan Daerah Rawan DPI, Pengembangan Profesi, Pembuatan Koleksi OPT/Spesimen serta bimbingan teknis pada petani sekitar.

PK-POPT diikuti oleh sepuluh orang dari berbagai daerah, seperti Lombok Tengah, Buleleng, Klungkung, Jembrana, Jawa Barat, dan dari Brebes. Keberagaman ini memungkinkan peserta untuk berbagi pengetahuan serta pengalaman dalam menghadapi OPT pada tanaman kopi di daerah mereka masing-masing, sehingga memunculkan diskusi tentang praktik terbaik dalam mengendalikan OPT.

Salah satu masalah utama di lokasi pelatihan adalah serangan penggerek batang pada kopi, yang ditanggulangi dengan memanfaatkan Beauveria bassiana, serta penyakit karat daun dan kanker batang. Sebagai alternatif pengendalian, peserta menawarkan teknik pengendalian jamur penyebab karat daun dan kanker batang dengan penggunaan bubur Bordeaux dan bubur California.

Alternatif ini diberikan melalui bimbingan teknis bagi petani sekitar, sehingga metode pengendalian alami dapat diterapkan langsung oleh petani di lapangan, membantu menciptakan ekosistem kopi yang sehat dan seimbang.

Peserta juga belajar tidak hanya untuk mengidentifikasi dan mengendalikan OPT, tetapi juga untuk mengumpulkan spesimen sebagai dokumentasi dan alat analisis dalam memahami karakteristik dan siklus hidup organisme pengganggu.

Menurut Nunung Nurhadi, Widyaiswara BBPP Ketindan, pengendalian berkelanjutan dimulai dari praktik budidaya sehat dengan pH tanah yang terjaga untuk menunjang serapan nutrisi. Nutrisi yang baik akan mendukung kesehatan dan daya tahan tanaman kopi, membuatnya lebih resisten terhadap OPT.

Dengan pemanfaatan pupuk organik yang difermentasi, struktur tanah tetap subur, tidak menjadi masam, serta mampu mencegah penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh akumulasi patogen.

Praktik PK-POPT merupakan kesempatan bagi peserta untuk menggali potensi metode pengendalian OPT yang berbasis ramah lingkungan. Dengan bekal ilmu ini, diharapkan para peserta dapat menjadi ujung tombak dalam mengimplementasikan metode pengendalian berkelanjutan yang tidak hanya efektif, tetapi juga mendukung ketahanan pangan nasional. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah dalam membangun sistem pertanian yang tidak hanya produktif, tetapi juga ramah lingkungan dan berkelanjutan. Nurhadi/Yeniarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *