Presiden Prabowo menegaskan akan fokus mewujudkan ketahanan pangan dan energi. Maka kaitan itu sagu bisa menjadi salah satu solusi. Namun perlu langkah komprehensif untuk pengembangannya.
Prof M Hasjim Bintoro, Guru Besar di Fakultas Pertanian Institute Pertanian Bogor yang juga peneliti sagu sejak tahun 1980 menyarankan agar menjadikan sagu sebagai makanan pokok melalui kebijakan diversifikasi pangan. Kita punya 5,5 juta hektar. Kalau satu hektar bisa menghasilkan 20 ton, maka kita bisa menghasilkan sagu 100 juta ton lebih. Apalagi jika produksi bisa dinaikkan menjadi 40 ton/ha/tahun, maka sagu Indonesia itu bukan hanya bisa memberi makan orang Indonesia, tapi bisa memberi makan orang-orang yang lapar seluruh dunia. Bandingkan dengan beras yang hanya bisa menghasilkan 5-6 ton per ha.
“Pemerintah mempunyai program makan siang gratis. Kalau program makan siang gratis itu menurut saya harusnya melihat kawasan ya. Jadi untuk kawasan sagu ya harusnya makannya ya makan sagu. Nanti dikombinasikan dengan ikan sebagai sumber protein”, jelas Bintoro.
Belum lagi dengan resiko terjadinya pemanasan global. Profesor pendiri Masyarakat Sagu Indonesia (MASSI). Jika udara meningkatkan hingga di atas 35 derajat maka penanaman padi dan jagung akan semakin sulit. Sementara karena karena hidupnya di rawa, jadi bisa bertahan dengan produksi yang cukup besar. Penting keberadaan sagu harus dipertahankan dan jangan digantikan dengan tanaman lain karena merupakan, bahan pangan yang sangat potensial.
Jenny Widjaja, owner Sagolicious, menilai bahwa sagu sebagai sumber pangan tidak hanya memiliki prospek namun juga sudah terbukti. Saat ini ia sudah mengolah menjadi mie dan pasta dan ternyata disukai masyarakat. Makanan ini juga relatif memiliki manfaat lebih baik terhadap kesehatan dibandingkan beras.
Hanya kendalanya yang dihadapi maupun pengusaha olahan sagu adalah keterbatasan bahan baku. Pemilik Sagolicious Cafe Resto di Kelapa Gading Jakarta ini mengaku mengandalkan supply dari Kepulauan Meranti, Riau, dan seringkali tidak stabil setoknya karena juga dibutuhkan oleh industri lokal. Tentu besar harapan untuk pengembangan sagu khususnya di wilayah Sumatera sehingga dapat menopang tumbuhnya industri pengolahan pangan di wilayah Jawa dan Sumatera.
Selain sumber pangan, sagu juga disinyalir sebagai sumber bahan baku bahan bakar berkelanjutan. Tentu saja pemerintah saat ini perlu memberi perhatian serius dan melakukan pengembangan yang bersifat sistematis. NS/Humas DjBun