Atasi Fluktuasi Harga Cabai, Langkah Stabilisasi Siap Digencarkan Bersama Stakeholder Pangan

JAKARTA – Fluktuasi harga cabai, baik di tingkat produsen maupun konsumen, di awal tahun merupakan tren berulang, setelah beberapa waktu sebelumnya harga cabai mengalami depresiasi. Ini dapat dijelaskan berdasarkan data panel harga pangan yang dikelola Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA).

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa mengungkapkan saat membuka rapat koordinasi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) cabai bersama kalangan petani cabai dan stakeholder yang relevan pada Kamis (9/1/2025) secara daring dari Kantor NFA di Jakarta.

“Dapat kita lihat, harga cabai merah keriting di tingkat produsen di 2024 mulai menurun sejak September. Oktober agak di bawah. November harganya Rp 14.000 per kilo di petani. Ini sebenarnya para sedulur petani cabai kita sedih,” jelas Ketut.

“Di sisi konsumen juga sama. Sebenarnya Januari sampai Desember 2024, kalau kita rata-ratakan, harga yang diperoleh konsumen masih masuk di range harga acuan, baik batas bawah maupun batas atas,” lanjutnya.

Deputi Ketut pun mengatakan tren harga cabai di awal 2025 persis seperti yang terjadi di awal 2024. “Memang di Januari tahun ini sama dengan periode sebelumnya. Rerata harganya di atas harga acuan kita. Nanti Februari mulai akan turun dan Maret akan masuk lagi ke range batas bawah dan batas atas,” bebernya.

Ia juga menekankan pihaknya perlu memetakan daerah mana saja yang mengalami kenaikan harga dan akan didorong suplai cabai dari daerah yang surplus. Program Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) diyakininya dapat mendorong kestabilan harga cabai, utamanya menjelang bulan Ramadhan pada Maret mendatang.

Untuk diketahui, sepanjang 2024 pemerintah bersama segenap stakeholder pangan telah melaksanakan FDP yang realisasinya total mencapai 750 ribu kilogram (kg). Dari itu, FDP cabai total terlaksana sebanyak 250 ribu kg. Ini terdiri dari cabai merah besar 206,4 kg; cabai merah keriting 38,7 ribu kg; dan cabai rawit merah 4,9 ribu kg.

Dalam forum rakor SPHP cabai hari ini, Ketua Asosiasi Champion Cabai Indonesia (ACCI) Tunov Mondro Atmojo, membeberkan sebab musabab terjadinya fluktuasi harga cabai saat ini. “Penyebab kenaikan harga ini yang pasti karena banjir atau kalau bahasa kami, tergenang air tanaman kami. Itu kalau cabai, tergenang air dalam kurun waktu 1 bulan, tidak akan pernah ada yang kuat,” sebutnya.

“Kalau di wilayah Jawa tengah itu bisa sampai 70 persen, kegagalan karena hujan. (Selain itu) produktivitas turun karena rontok bunga (akibat) hujan, angin. Itu bunga banyak yang rontok akhirnya probabilitas per pohon itu berkurang drastis bisa sampai di 50 persen. (Lalu) petani banyak yang mengganti (tanam cabai dengan) komoditas tanaman lain,” ujar Tunov.

Ia juga mengutarakan transisi sentra panen cabai juga turut mempengaruhi pasokan. Katanya, saat Jawa Timur selesai panen akan beralih ke masa panen di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ini kerap terjadi di awal, tengah, dan akhir setiap tahunnya.

“Terakhir, (terjadinya) hujan dari pagi, sangat berpengaruh. Misalnya kami di Jawa Tengah, hujan dari pagi, hari ini tidak ada yang panen, untuk besok di Jakarta stok pasti akan kosong di pasar. Makanya ini yang menyebabkan fluktuasi tinggi. Kalau besok cuacanya mendukung, petani akan serempak panen, maka harga akan terkoreksi lumayan tajam,” bebernya.

Guna mengantisipasi itu, Tunov mengatakan Kementerian Pertanian telah mengimbau untuk segera dilakukan penggantian terhadap tanaman yang rusak. Ini supaya di Februari dan Maret hingga Idulfitri nanti, stok cabai dapat tercukupi.

Direktur SPHP NFA Maino Dwi Hartono mengharapkan dukungan secara bersama untuk menstabilkan cabai. “Mohon dukungannya, kita lihat dalam 1 minggu ke depan. Tapi tentu langkah stabilisasi, kita ambil bersama-sama. Bagaimana nanti di masing-masing daerah bisa menyediakan cabai dengan harga petani. Jadi konsumen akan terbantu sedikit,” ucapnya.

“Kemudian, kami ada namanya bazar program murah. Nanti teman-teman champion bisa sekaligus melakukan promosi. Lalu kami di Badan Pangan Nasional masih ada dukungan FDP. Jadi mudah-mudahan ini bisa juga untuk membantu.meringankan di sisi hilir konsumen, agar pergerakan harga bisa kita kendalikan lebih baik tentunya,” tutup Direktur Maino.

Secara terpisah, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengungkapkan bahwa cabai merupakan salah satu komoditas pangan strategis yang memengaruhi inflasi, terutama pada sektor pangan. “Oleh karena itu, melalui pendekatan yang komprehensif hulu hilir bersama stakeholder pangan dapat menjaga stabilitas pasokan dan harga cabai, sehingga inflasi juga tetap terjaga,” ujar Arief. NFA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *