Petani Jatim Minta Bulog Serap Gabah Sesuai HPP

Jawa Timur – Berdasarkan data BPS per 15 Oktober 2024, Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat 1 nasional sebagai penghasil padi terbesar dengan produktivitas gabah kering panen (GKP) 9.226.339,61 ton dari total luas lahan panen 1.616.234,55 Ha.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman juga menargetkan kenaikan produksi beras khusus Jawa Timur sebesar 2 juta ton, atau setara dengan gabah 4 juta ton, yang akan menjadi kenaikan tertinggi sepanjang sejarah pada tahun 2025 ini.

Hal ini disampaikan Mentan Amran pada Rapat Koordinasi Percepatan Pencapaian Luas Tambah Tanam (LTT) yang digelar di Balai Prajurit Kodam Brawijaya, Surabaya, pada (07/01/2025).

Mentan juga menekankan bahwa hasil panen gabah petani harus diserap oleh Bulog. Selain itu, irigasi tersier, sekunder, serta primer juga harus segera dinormalisasi, karena merupakan salah satu kunci keberhasilan swasembada pangan.

Namun hal ini tidak sejalan dengan rendahnya serap gabah milik petani di Provinsi Jawa Timur. Di beberapa wilayah, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) masih belum sesuai target yang telah berlaku sejak 15 Januari 2025 lalu.

Di Kota Pasuruan, tepatnya Kelurahan Bugul Lor Kecamatan Panggungharjo dan Desa Ngasem Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang, petani-petani menghadapi keresahan. Selain karena kualitas hasil panen yang kurang baik akibat dari curah hujan tinggi, kadar air tinggi, serta serangan hama dan penyakit, serap gabah tidak dilakukan oleh Bulog. Hasil panen oleh petani dijual ke tengkulak.

Di Kelurahan Bugul Lor Kecamatan Panggungharjo dan Desa Ngasem Kecamatan Ngajum, harga gabah kisaran Rp.5.800/Kg. Hal ini sangat jauh dengan HPP yang ditetapkan pemerintah yakni Rp. 6.500/Kg. Meski harga jual rendah, petani tetap menjual hasil panen karena terdesak kebutuhan untuk pembayaran upah panen dan keperluan lainnya.

Hal ini seperti disampaikan oleh Nining Shafwati, penyuluh pertanian pendamping di BPP Panggungrejo. Ia mengatakan, jika selama ini Bulog tidak pernah turun ke petani untuk serap gabah milik petani.

“Kami selaku penyuluh pertanian, siap mendampingi jika Bulog datang menemui petani dan siap membeli gabah petani agar sesuai HPP,”jelas Nining.

Sama halnya dengan penuturan Agus Budiarto, penyuluh dari Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang.
“Petani di Desa Ngasem gelisah karena harga jual gabah petani masih rendah dan belum sesuai HPP. Padahal luas lahan panen petani kami mencapai 75 Ha dengan produktivitas mencapai 7 ton/Ha. Kami berharap pemerintah dan Bulog bisa hadir membeli gabah petani dengan HPP,”kata Agus. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *