Dari Kelas ke Kebun: Upaya Tumbuhkan Benih Cinta Pertanian Untuk Gen Z

Oleh: A. Sugiarto

Dalam rangka memperluas penyebaran informasi mengenai program strategis sektor pertanian kepada masyarakat, khususnya generasi muda atau Gen Z, program INSIDE go to School berupaya untuk berkontribusi nyata ke generasi muda atau Gen Z dengan mengusung konsep Student Farming Community ke dunia Pendidikan dengan visi dan misi membangun regenerasi petani melalui Student Farming Community diharapkan bisa menumbuhkan dan menanamkan kecintaan sektor pertanian kepada siswa-siswinya, baik Tingkat Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, Tingkat Menengah, Madrasah Tsanawiyah (MTs), Tingkat Atas maupun Madrasah Aliyah (MA).
Tabel Jumlah Sekolah di Indonesia sebagai berikut:
SDN/Swasta MIN/Swasta SMPN/Swasta MtsN/Swasta SMAN/Swasta SMKN/Swasta MAN/Swasta
149.034 26.830 43.098 19.451 14.675 12 659 10.130
Data dikutip dari publikasi Badan Pusat Statistik; Statistik Indonesia

Tabel Jumlah Peserta Didik di Indonesia Tahun Ajaran 2024-2025 sebagai berikut:
SDN/Swasta MIN/Swasta SMPN/Swasta MtsN/Swasta SMAN/Swasta SMKN/Swasta MAN/Swasta
23.998.432 4.280.451 10.103.503 3.283.748 5.400.167 5.059.603 1.606.564
Sumber : Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Sistem Data Pokok Pendidikan, dan
Kementerian Agama, EMIS

Potensi untuk menjaring, mengembangkan dan menginspirasi pelaku-pelaku sektor pertanian melalui dunia pendidikan sangat besar jika menilik dari tabel-tabel tersebut di atas, diperlukannya Kolaborasi dan Kerjasama untuk dapat mewujudkan gagasan dan ide agar mampu menarik minat generasi muda atau Gen Z untuk menekuni dan terjun ke sektor pertanian. Selama ini dunia Pendidikan masih sebatas memperkenalkan produk komoditi pertanian kepada siswa-siswinya, seperti sayuran, buah-buahan, daging dan susu. Namun belum menyentuh lebih dalam bagaimana menumbuhkan kecintaan dan menceritakan kisah inspirasi bahagianya menjadi petani yang berjiwa entrepreneur dapat memproduksi, mengolah dan memasarkan hasil panen dari komoditas pertanian tersebut dengan membuat kebun-kebun mini, kolam-kolam mini di setiap sekolah-sekolah.

INSIDE go to School hadir dengan konsep Student Farming Community diharapkan mampu menumbuhkan kecintaan dan mengembangkan sektor pertanian bahkan lebih dan mampu menciptakan regenerasi petani untuk mempertahankan eksistensi komoditas pertanian dalam rangka untuk pertahanan sebuah negara. Pangan sangat dibutuhkan oleh semua manusia tak terkecuali warga negara Indonesia oleh karena itu program ini sangat urgent dan tidak bisa dipandang sebelah mata bagi sebagian pengambil kebijakan. Dalam permasalahan yang sangat mendesak ini kami mencoba menterjemahkan secara konkrit dan mengaplikasikan dari salah satu program Kementerian Pertanian, dengan Tagline Student Farming Community: Feeding the World, Caring for the Planet. Kami mencoba, mengkreasi dan menginovasikan program tersebut berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah di Pemerintah Kabupaten/Kota, Dinas Pertanian dan Penyuluhan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian.

Tanpa adanya kerjasama/kolaborasi antara Dinas Pendidikan dan Penyuluhan baik Tingkat Kabupaten/Kota konsep ini sulit untuk terwujud dan tercapai, semua bergerak sesuai dengan fungsi dan tusinya masing-masing. Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah Pemkab/Pemkot selaku regulator yang merekomendasikan sekolah mana yang siap untuk mengaplikasikan konsep ini, sementara Penyuluhan Pertanian selaku regulator yang membidangi persoalan dan permasalahan di sektor pertanian dan Ditjen Teknis yang membidangi perbenihan. Kami mencoba merangkul dan bergandengan tangan untuk merintis dan membangun terciptanya regenerasi petani melalui konsep Student Farming Community, kami juga mencoba untuk menjadikan salah satu Student Farming Community di sekolah dari wilayah manapun sebagai pilot project untuk tercapai dan terwujudnya konsep tersebut.

Konsep Student Farming Community untuk skala kecil di lingkungan sekolah baik Tingkat Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, Tingkat Menengah, Madrasah Tsanawiyah (MTs), maupun Tingkat Atas maupun Madrasah Aliyah (MA) yaitu dengan menanamkan dan menarik minat serta kecintaan kepada siswa-siswi tentang sektor pertanian melalui berbagai konsep dan modul serta program secara tidak langsung yang akan dibawa pulang ke rumah masing-masing siswa-siswi tentang bagaimana mengembangkan, membudidayakan dan memberi inspirasi bagi mereka di lingkungan tempat mereka tinggal.
Dengan begitu mereka dapat menceritakan pengalaman menanam dan membudidayakan komoditi pertanian kepada para orangtua dan tidak menutup kemungkinan mereka mengaplikasikannya di lingkungan pekarangan rumah mereka sendiri dan dapat menghasilkan karya yang telah mereka perbuat serta lakukan terkait sektor pertanian, mereka pun bisa mengkonsumsi hasil komoditas pertanian tersebut beserta anggota keluarga mereka sendiri. Dengan memanfaatkan media bahan-bahan yang mudah didapatkan seperti, ember bekas yang tidak terpakai, bekas galon air mineral, kaleng-kaleng bekas wadah dan masih banyak yang lainnya, mereka menanam satu jenis sayuran saja dan bukan hanya sayuran yang bisa ditanam ada juga beragam komoditas lain seperti rimpang-rimpang bumbu dapur misalnya jahe, kunyit, lengkuas, sereh dan lain-lain.

Berapa banyak lulusan-lulusan perguruan tinggi di Fakultas Pertanian yang justru keluar dari jalur saat pertama kalinya mereka mendaftarkan diri untuk masuk di Fakultas Pertanian, bahkan diantaranya malah berkarya di sekor perbankan dan bahkan yang lebih tragis lagi ada alumni lulusan Fakultas Pertanian namun belum bisa berbuat banyak dalam mengaplikasikan ilmu yang di pelajarinya. INSIDE go to School melalui konsep Student Farming Community masuk dalam dunia Pendidikan juga merekomendasikan dan mendorong dunia Pendidikan untuk dapat menciptakan atau membangun adanya Perpustakaan Benih/Bibit di setiap sekolah-sekolah agar bisa menjadi bagian dari mencuri perhatian siswa-siswinya untuk mencintai sektor pertanian.

Perpustakaan Benih/Bibit

Melalui Program INSIDE go to School juga berupaya agar dunia pendidikan membangun dan menciptakan perpustakaan benih/bibit dengan konsep Student Farming Community, mengarahkan menanam, membudidayakan komoditi pertanian yang berusia pendek khususnya komoditas hortikultura, seperti sayur-sayuran, rimpang-rimpangan dan buah-buahan yang berusia pendek dan hasilnya langsung dapat dirasakan atau dimanfaatkan oleh komunitas student farming. Selama ini kita mengenal hanya perpustakaan sebatas berupa buku bacaan atau semisalnya. Konsep ini coba dituangkan ke dunia pendidikan dengan pola meminjam, seperti layaknya meminjam buku di perpustakaan pada umumnya.

Lantas bagaimana mekanismenya dengan konsep pinjam benih/bibit tersebut? Ini yang menarik untuk kita ulas dan bahas, dengan konsep pinjam benih/bibit maka Student Farming Community sebagai anggota Perpustakaan Benih/Bibit bisa menikmati mekanisme pola konsep pinjam benih/bibit tersebut, yang mana anggota Perpustakaan Benih/Bibit akan mempunyai kewajiban dengan mengembalikan benih/bibit pinjaman tersebut seperti semula sewaktu mereka meminjam yaitu berupa benih/bibit juga, tujuannya untuk apa? akan ada kesadaran dari Student Farming Community meregenerasikan kembali benih/bibit tersebut untuk digunakan oleh anggota yang lain atau untuk mempersiapkan generasi Student Farming Community berikutnya. Selain itu juga membuka wawasan kepada mereka bahwa dengan konsep/pola ini akan menyadarkan arti pentingnya penghijauan atau penyelamatan di lingkungan Student Farming Community untuk masa yang akan datang.

(*) Crew Tim Kerja Edukasi Publik Biro Komunikasi dan Layanan Informasi
Sumber:
1. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Sistem Data Pokok Pendidikan.
2.Kementerian Agama, EMIS
3. BPS

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *