Petani Kabupaten Sumenep Antusias Ikuti Sekolah Lapangan Tematik Budidaya Padi

SUMENEP – Sebanyak 30 petani dari Desa Kalimook, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, mengikuti kegiatan Sekolah Lapangan (SL) Tematik Budidaya Padi yang digelar di areal persawahan desa setempat, Kamis (12/06).

Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan kapasitas petani dalam menerapkan teknologi pertanian yang tepat guna dan berkelanjutan.

Pertemuan kedua SL Tematik Padi mengangkat tema penting seputar Varietas Unggul Baru (VUB) dan pola tanam padi yang sesuai dengan kondisi lahan dan musim tanam, dan menghadirkan tiga narasumber utama, yaitu Eka Nofidayanti, Nur Halifah, dan Ika Hosnia Ninggih sebagai penyuluh pertanian dan fasilitator lapangan. Selain itu, Hanawi, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Bunga Saroja Temor Lorong, juga memberikan testimoninya terkait pengalaman menerapkan pola tanam yang sesuai VUB di lahan sawahnya.

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menegaskan bahwa inovasi dalam sektor pertanian sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, meningkatkan produktivitas, dan memastikan ketahanan pangan nasional.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, turut menekankan pentingnya fungsi koordinatif dan kolaboratif yang dijalankan oleh penyuluh. Ia menyampaikan bahwa keberhasilan swasembada pangan sangat bergantung pada kecepatan aksi di lapangan.

Dalam penyampaian materinya, Eka Nofidayanti menekankan pentingnya pemilihan VUB untuk menjawab tantangan produksi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

“Varietas unggul baru bukan hanya soal hasil tinggi, tetapi juga tentang ketahanan terhadap hama, umur panen yang sesuai, dan kesesuaian dengan lingkungan lokal. Di Kalimook, kita bisa dorong penggunaan varietas tahan genangan dan tahan Salin, “tergantung kebutuhan masing-masing petani,” ujarnya.

Sementara itu, Nur Halifah menjelaskan secara teknis bagaimana menentukan pola tanam yang optimal. Menurutnya, pola tanam tidak bisa dipukul rata.

“Faktor ketersediaan air, jadwal tanam daerah sekitar, dan kondisi varietas yang digunakan menjadi pertimbangan utama. Misalnya, pola tanam padi-padi-palawija bisa diterapkan jika irigasi mendukung dan ingin menjaga kesuburan lahan,” jelas Nur Halifah.

Ika Hosnia Ninggih juga menyoroti pentingnya pencatatan aktivitas tanam oleh petani.

“Dengan pencatatan yang baik, petani bisa mengevaluasi sendiri pola tanam mana yang paling menguntungkan. Ini menjadi data awal yang bisa kita gunakan untuk pendampingan lebih lanjut,” tutur Ika.

Sebagai petani yang telah menerapkan pola tanam yang sesuai VUB, Hanawi, Ketua Poktan Bunga Seroja Lorong, mengaku terbantu dengan materi yang disampaikan. Ia menilai SL Tematik Padi menjadi sarana yang efektif untuk belajar secara langsung di lapangan.

“Saya dulu asal tanam, tidak terlalu perhatikan varietas. Setelah ikut SL Tematik Padi, saya akan mulai mencoba menerapkan apa yang telah disampaikan penyuluh pada SL tematik padi mengenai teknis budidaya padi dan berharap hasilnya nanti akan ada beda, mendapat produksi tinggi,” ungkapnya.

Kegiatan SL Tematik Padi ini dirancang agar petani bisa belajar sambil praktik di lahannya sendiri. Dengan pendekatan partisipatif, para peserta diajak mengamati pertumbuhan tanaman, mencatat hasil pengamatan, dan mendiskusikan solusinya bersama penyuluh.

Pertemuan kali ini juga dilengkapi dengan praktik pengenalan ciri fisik VUB yang dibawa oleh penyuluh dalam bentuk sampel benih. Petani diberi kesempatan membandingkan antara varietas lokal dan varietas unggul baru dalam aspek warna gabah, ukuran, dan tekstur bulir.

“Kami berharap para petani bisa mulai mencoba VUB ini pada musim tanam berikutnya secara bertahap. Tidak perlu semua lahan langsung diganti, cukup sebagian untuk melihat hasilnya,” pungkas Eka Nofidayanti.

Sebagai tindak lanjut, para peserta akan diajak membuat perencanaan tanam masing-masing berdasarkan kondisi lahan dan pengalaman yang sudah mereka miliki. Rencana ini akan dievaluasi bersama pada pertemuan selanjutnya.

Kegiatan SL Tematik Padi di Kalimook dijadwalkan berlangsung hingga sepuluh kali pertemuan. Setiap sesi mengusung tema berbeda yang disesuaikan dengan tahapan pertumbuhan tanaman, dari pengolahan lahan hingga pascapanen. Eka Nofidayanti/ Asep Koswara*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *