Dorong Swasembada Pangan, UPT Pelatihan Kementan Perkenalkan Teknologi Persemaian Kering

BATU – Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu kembali menggelar Bertani On Cloud (BOC) Volume 321 pada Kamis (11/09/2025) dengan mengusung tema “Penyemaian Padi: Peluang Bisnis Menjanjikan Brigade Pangan.” Kegiatan yang berlangsung secara daring melalui Zoom dan live streaming YouTube ini sukses menarik perhatian lebih dari 2.500 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.

Acara dibuka secara resmi oleh Kepala BBPP Batu yang diwakili Ketua Kelompok Penyelenggaraan Pelatihan, Dodik Suprapto. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa penyemaian padi merupakan peluang strategis yang dapat dikembangkan Brigade Pangan untuk memperkuat ketahanan pangan nasional

“Sistem persemaian kering menjadi solusi menghadapi tantangan cuaca yang tidak menentu. Dengan metode ini, bibit sudah siap ditanam saat musim hujan tiba, sehingga petani tidak bergantung pada ketersediaan air. Ini bisa menjadi peluang usaha menjanjikan bagi Brigade Pangan sekaligus mendukung swasembada pangan,” ujar Dodik.

BOC Vol. 321 menghadirkan dua narasumber, yakni Sukarlis, petani pengembang agen hayati dari Kepanjen, Malang, serta Silviana Kusuma Wardhani, penyuluh pendamping.

Sukarlis memaparkan bahwa persemaian kering merupakan metode alternatif dari sistem konvensional (basah) yang masih banyak dipakai petani. Dalam sistem ini, benih ditebar di atas media tanah tipis tanpa genangan air. Bibit yang tumbuh lebih sehat, seragam, mudah diangkut, dan siap dipindahkan ke lahan utama dalam waktu 14–21 hari.

“Metode ini hemat air, tenaga, dan biaya. Sangat cocok diterapkan pada lahan terbatas atau saat musim kering. Selain menghasilkan bibit berkualitas, sistem kering juga membuka peluang usaha jasa pembibitan padi dengan nilai ekonomis tinggi,” jelas Sukarlis.

Hasil analisis usaha menunjukkan, penyemaian kering pada luasan satu hektar mampu menghasilkan keuntungan hingga Rp755 ribu jika dilakukan mandiri, atau Rp187 ribu melalui jasa pembibitan. Angka ini menjadi peluang bisnis menjanjikan bagi Brigade Pangan maupun petani muda yang ingin masuk ke sektor pertanian modern.

Sementara itu, Silviana Kusuma Wardhani menambahkan bahwa adopsi sistem persemaian kering akan membantu petani mengantisipasi keterbatasan air akibat perubahan iklim.

“Dengan bibit yang sudah siap, petani tidak perlu menunggu air tersedia di sawah. Begitu musim hujan datang, lahan bisa langsung ditanami,” terangnya.

Antusiasme peserta terlihat jelas sepanjang sesi diskusi. Salah satunya datang dari Razi, peserta asal Aceh, yang menanyakan waktu terbaik untuk melakukan penyemaian agar hasil bibit lebih optimal. Pertanyaan ini disambut hangat oleh narasumber, yang menjelaskan bahwa waktu ideal untuk penyemaian adalah 12–15 hari sebelum bibit dipindahkan ke lahan utama. Suasana interaktif ini semakin menegaskan tingginya minat peserta terhadap teknologi persemaian kering.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menegaskan bahwa transformasi pertanian berbasis teknologi menjadi prioritas utama pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

“Teknologi ini kita kembangkan agar generasi milenial tertarik untuk menjadi petani. Sudah saatnya petani Indonesia maju dengan mengadopsi teknologi smart farming,” kata Amran.

Sejalan dengan itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menambahkan bahwa penerapan teknologi cerdas diharapkan mampu mengoptimalkan hasil panen, mengurangi kerugian akibat cuaca, serta meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam.

Dengan antusiasme peserta yang tinggi, BOC Vol. 321 berhasil memperkenalkan inovasi persemaian kering sebagai teknologi pertanian modern. Melalui Brigade Pangan, teknologi ini diharapkan tidak hanya meningkatkan produktivitas padi, tetapi juga membuka peluang usaha baru yang menjanjikan bagi petani muda di seluruh Indonesia. Dodik/SAI/BBPP BATU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *