Kementerian Pertanian (Kementan) menerapkan banyak terobosan dalam meningkatkan produksi pangan khususnya padi. Guna mengikuti perkembangan jaman yang terus mengalami perubahan begitu cepat, Kementan pun telah memperkenalkan konsep Indeks Pertanaman (IP) 400 dan integrated farming untuk meningkatkan ketahanan pangan dan nilai tambah.
“Ini kita mulai kenalkan konsep integrated farming menuju zero waste baik integrasi vertikal yakni keterpaduan dari hulu onfarn hingga hilir maupun integrasi horisontal yakni terpadu antar komoditas padi, sayur, ternak ayam, sapi dan lainya. Konsep ini bisa dikelola dalam klaster kawasan berbasis korporasi,” demikian dikatakan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi di Jakarta, Rabu (21/10/2020).
Suwandi menjelaskan sistem IP Padi 400 artinya petani bisa menanam dan memanen padi sebanyak empat kali dalam setahun. Caranya, yakni dengan mengefektifkan masa tanam, di mana selama tiga bulan petani harus mampu menanam padi dari mulai persemaian sampai panen.
“Ini detilnya pengaturan pola tanam padi dan jenis varietasnya berumur pendek dan cepat panen sehingga bisa panen 4 kali setahun. Bukan mustahil, tapi konsep IP400 ini sudah terbukti dan sudah diterapkan di di Desa Jagan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah berjalan lebih dari tiga tahun, juga sudah diterapkan di Kabupaten lainnya,” terangnya.
Suwandi menuturkan konsep menuju zero waste yang dijalankan petani di Bendosari, Sukaharjo memakai prinsip penggunaan eksternal input diminimalisir, apa yang ada di dalam di insitunya diputar menjadi kompos agar efisien di sisi input. Tugas mereka selanjutnya diarahkan pada pengembangan kelembagaan menjadi bentuk korporasi.
“Penerapan pertanaman dengan IP 400 berarti mengatur fluktuasi panen karena tanam padi musiman. Karena setahun 4 kali tanam, berarti proses produksi tidak pernah berhenti,” tuturnya.
Bagaimana dengan teknik meningkatkan IP400 padi? Suwandi menerangkan caranya yakni melalui penggunaan benih berumur pendek 70 sampai 90 hari yang disemai di luar, pola dan waktu tanam sesuai kalender tanam, pupuk kimia hanya urea 25 kg/musim/ha dan menggunkan unsur hara dari kompos, limbah tanaman dan limbah ternak. Setelah dipanen langsung olah tanah dan diberi biodekomposer dan sepuluh hari sudah ditanam padi lagi.
“Kemudian penggunaan hemat air sawah dari sumur atau embung atau pompa di lahan kering atau tadah hujan dan juga melalui penggunaan integrated menuju zero waste,” bebernya.
Terpisah, Heri Sunarto selaku pengelola lahan yang menerapkan IP400 padi dan integrated farming di Sukoharjo tersebut mengatakan ada beberapa faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan IP Padi 400 tersebut, seperti penggunaan benih varietas padi sangat genjah 70 sampai 90 hari, pengelolaan sistem pertanian secara terpadu serta manajemen tanam dan panen yang efisien. Semua bahan sisa dimanfaatkan untuk menjadi input lain karena ada usaha peternakan, perikanan, mina padi dan padi tadah hujan yang saling berkelanjutan proses produksinya.
“Dalam setahun, kami tanam varietas benih padi genjah umur 70an hari dua kali tanam dan umur 90an hari dua kali tanam, sehingga setahun bisa panen 4 kali,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan Pembangunan pertanian ke depan tidak boleh pada penggunaan teknologi yang stagnan, namun harus menerapkan teknogi pertanian digital, bibit unggul. Selain itu juga menggunakan konsep yang lebih maju dan terintegrasi yang memberikan nilai tambah.
“Pencapaian pembangunan pertanian akan lebih bernilai lagi apabila didukung dengan penggunaan teknologi pertanian yang lebih maju. Teknologi adalah jawaban masa depan memajukan pertanian dan ketahanan pangan itu sendiri,” tegas Syahrul.