Peluang Pasar Ekspor Terbuka, Petani Kelapa Sambas Kian Sejahtera

SAMBAS – Potensi ekspor kelapa dari Indonesia dinilai akan mengalami peningkatan seiring dengan permintaan produk olahan kelapa. Kelapa masuk dalam golongan industri bahan baku dan diperdagangkan secara global, serta bukan merupakan produk pangan langsung. Indonesia disebut sebagai negara dengan peringkat ketiga yang melakukan ekspor kelapa cukup besar didunia.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam arahannya menegaskan arah pembangunan pertanian nasional ke depan harus berbasis pada keunggulan komparatif wilayah. Artinya, setiap daerah perlu fokus pada komoditas unggulan yang paling sesuai dengan potensi lokal agar hasilnya lebih efektif, efisien, dan memberi manfaat nyata bagi petani.

“Kita harus dorong pertanian sesuai potensi dan keunggulan daerah masing-masing. Kalau kita fokus pada komoditas yang unggul, hasilnya akan jauh lebih besar bagi masyarakat,” ujar Mentan Amran.

Ia menambahkan, arahan Presiden Prabowo Subianto menekankan strategi pembangunan pertanian yang terfokus pada keunggulan wilayah dengan dukungan terhadap hilirisasi produk, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan ekspor hasil olahan pertanian.

“Kelapa kita olah jadi minyak, santan, atau coconut milk, nilainya bisa naik berkali lipat. Dunia sekarang bergeser, susu diganti coconut milk. Eropa dan Tiongkok tidak bisa tanam kelapa, hanya Indonesia dan Filipina yang bisa,” jelas Amran optimistis.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menyatakan peningkatan kualitas hasil pertanian dan ekonomi petani, sangat berkaitan dengan pengolahan hasil pertanian sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk.

Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat memiliki potensi perkebunan kelapa yang cukup besar. Berdasarkan data BPS, luas lahan perkebunan kelapa di Kabupaten Sambas ± 22.484 hektar, Angka ini termasuk dalam luas areal tanaman perkebunan rakyat dan menempatkan kelapa sebagai salah satu komoditas utama di wilayah tersebut.

Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Jawai, Darma Irawan, menyebut kelapa telah menjadi urat nadi perekonomian petani di daerahnya.
“Kelapa menjadi produk yang paling banyak menghasilkan perputaran uang karena tingginya permintaan dari pasar global. Potensi penghasilan petani kelapa bisa mencapai Rp65 hingga Rp75 juta per tahun per hektare,” ungkap Darma.

Pantauan di lapangan, Kamis (30/10/2025) menunjukkan aktivitas petani kelapa di Kecamatan Jawai dan sekitarnya semakin meningkat. Setiap hari, truk-truk pengangkut kelapa bulat yang telah dikupas hilir mudik membawa hasil panen petani ke tempat penimbangan dan pengepul.

Kegiatan di kebun kelapa juga terlihat ramai mulai dari panen, pengupasan, hingga pengangkutan hasil ke pasar. Di sejumlah titik, tampak petani menumpuk kelapa hasil panen untuk ditimbang dan dijual kepada pengepul local.

Saat ini harga kelapa ditingkat petani mencapai Rp.5500-5800 per kilogram. Hal ini sudah berlangsung lebih dari 2 tahun, sejak permintaan pasar ekpor meningkat, bahkan pernah tembus di angka 8000 per kilogram. Apalagi secara georgafis, Sambas diuntungkan karena berbatasan langsung dengan 2 negara tetangga yaitu Malaysia dan Brunai Darussalam, sehingga pasarnya sudah jelas ada.

Dengan potensi yang besar dan dukungan kebijakan pemerintah yang mendorong pengembangan berbasis wilayah, kelapa dari Sambas dan daerah lain di Indonesia diharapkan mampu menjadi penopang utama ekspor pertanian nasional di masa mendatang. Laila Nuzuliyah/ Darma Irawan*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *