MALANG – Produk pertanian merupakan produk yang tidak bisa tahan lama alias mudah mengalami kerusakan baik secara fisik, biologi, kimia. Bagaimana cara melakukannya agar memiliki daya simpan yang agak lama, diperlukan penanganan intensif sejak dipanen. Hal ini dikarenakan setelah dipanen masih mengalami proses fisiologis seperti respirasi dan transpirasi. Permasalahan tersebut dialami oleh petani sehingga diperlukan pengetahuan tentang pengelolaan pasca panen.
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelatihan Pertanian Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Pengolahan Hasil Pertanian Bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) angkatan III pada Senin (10/11/2025).
Kepala UPTD Pelatihan Pertanian Jawa Timur, Agus Sumarsono, menyampaikan, bahwa pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan serta pembaharuan pengetahuan, keterampilan dan sikap para peserta KWT terpilih yang berjumlah 30 orang dan mewakili 14 Kabupaten di Jawa Timur yaitu Tulungagung, Trenggalek, Blitar, Pasuruan, Pasuruan Kota, Probolinggo, Lumajang, Situbondo, Bondowoso, Jember, Banyuwangi, Bangkalan, Sampang dan Pamekasan.
Agus Sumarsono berpesan, agar semua peserta KWT memanfaatkan waktu luang setelah selesai melaksanakan pekerjaan rumah, agar lebih aktif lagi untuk bisa mengasah pengetahuan yang terbarukan dalam dunia pertanian, dimulai dari hulu sampai hilir.
“Saya berharap, pada saat kondisi panen raya, harga anjlok dapat langsung dilakukan penanganan terbaik agar nilai produk lebih ekonomis dan memberi nilai tambah, melalui berbagai cara pengelolaan dan pengolahannya, sehingga pada akhirnya anggota KWT dapat merasakan meningkatnya pendapatan serta kesejahteraannya,” jelas Agus.
Diana Triswaningsih sebagai widyaiswara BBPP Ketindan yang menjadi narasumber pada pelatihan ini mengajar dengan menggunakan metode andragogi dan diskusi agar terjadi interaksi pembelajaran yang tidak membosankan. Seperti materi dasar-dasar memperpanjang kesegaran produk pertanian. Dimana peserta perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan respirasi, yaitu proses menghasilkan panas, air dan CO2 sehingga memerlukan penanganan saat penyimpanan, pengemasan dan prose transportasinya. Akibat dari aktivitas tersebut akhirnya menyebabkan buah/sayuran kehilangan berat, menjadi layu dan penambahan air di udara. Sehingga apabila ingin menaikkan nilai jual kondisi segar, diperlukan teknik pengemasan yang benar dan penanganan pengolahan produk yang memberikan nilai eknomis berlebih.
Seperti dikatakan oleh Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, yang menekankan pentingnya peningkatan kompetensi SDM dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas pertanian Indonesia.
“Kemajuan pertanian kita sangat bergantung pada kemampuan dan kompetensi SDM. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan dan pendidikan berkualitas,”tegas Mentan Amran.
Hal ini juga disampaikan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, bahwa peningkatan kompetensi SDM ini sejalan dengan program pemerintah.
“Kami ingin meningkatkan kemampuan SDM untuk mendukung pengembangan pertanian yang berkelanjutan dan berdaya saing,”kata Santi. Diana Triswaningsih*













