Balitbangtan Reaksi Cepat Atasi Serangan Tungro di Sulawesi Selatan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan)  melalui Loka Penelitian Penyakit Tungro (Lolittungro) ajak petani cara mengatasi serangan penyakit tungro. Kegiatan dilaksanakan di Desa Tadang Palie, Kecamatan Cempa, Kabupaten Pinrang bersama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Pinrang (15/10).

Awalnya, informasi serangan penyakit tungro berasal dari petugas Instalasi Pengamatan Peramalan dan Pengendalian Organisme Penyakit Tanaman (IP3 OPT) Tiroang yang melaporkan adanya tanaman padi yang terserang penyakit kuning kerdil seluas 5 ha. Berdasarkan pengamatan, hampir 80% di areal lahan sawah daunnya  berwarna kuning dan kerdil dengan umur tanaman dua bulan setelah tanam.

Untuk memutus siklus serangan tungro, Lolittungro dan Dinas Pertanian Kabupaten Pinrang bersama petani melakukan tindakan penyemprotan pestisida untuk meminimalisir serangan tungro yang lebih luas. Fungsi pestisida tersebut dapat mematikan wereng hijau yang merupakan vektor atau pembawa penyakit tungro, sehingga tidak dapat lagi menyebarkan penyakit ke daun yang lebih muda di sekitarnya.

Kepala Lolittungro, Fauziah T. Ladja menyampaikan bahwa serangan tungro yang terjadi diakibatkan karena petani tidak melakukan tanam serempak. Sebab, jika disuatu kawasan terdapat tanaman padi dengan umur yang beragam, maka dipastikan siklus penyakit tungro tidak berhenti.

“dalam satu hamparan untuk memutus siklus penyakit tungro, petani harus mau tanam serempak. Sebab, wereng hijau sangat menyukai tanaman padi dengan umur 1-2 bulan” ujar Fauziah.

Lebih lanjut Fauziah juga menyarankan kepada petani untuk musim tanam berikutnya agar menggunakan varietas unggul baru yang tahan tungro dan tidak lagi menggunakan varietas lama. Untuk musim tanam berikutnya Lolittungro akan memberikan bantuan benih padi yakni varietas Inpari 36 Lanrang dan Inpari 37 Lanrang.

“Kami siapkan benih tahan tungro (taro) untuk lokasi yang terserang saat ini, untuk ditanam pada musim tanam berikutnya dan sekaligus akan dilakukan pendampingan” ujarnya.

Menurut Bachri, salah seorang petani pemilik lahan sawah yang tanamannya terserang penyakit tungro mengatakan bahwa tanaman padinya kerdil serta duannya menguning sejak satu bulan yang lalu. “Awalnya tanaman padi tumbuh bagus, namun lama kelamaan daunnya menguning dan tanamannya kerdil” ucap Bachri.

Bachri juga menyampaikan alasannya tidak tanam serempak dikarenakan ketersediaan air yang sedikit dan alirannya harus bergiliran. “kami mau tanam serempak apabila air memadai, kondisi saat ini kami harus bergiliran untuk mengaliri lahan” keluhnya.

Ditempat terpisah Kepala Badan Litbang Pertanian Fadjry Djufry juga menjelaskan faktor penyebab serangan tungro di wilayah endemik yang akhir-akhir melanda tanaman padi di Sulawesi Selatan.

“faktornya adalah ketersediaan air yang tidak mencukupi dalam satu hamparan yang menyebabkan petani tidak tanam serempak. Sehingga wereng hijau yang menjadi vector terus berkembang dari musim ke musim” ujarnya
Lebih lanjut Fadjry juga berharap kepada petani yang melakukan pergiliran waktu tanam untuk menggunakan varietas tahan tungro.

“untuk menekan kehilangan hasil yang diakibatkan oleh serangan tungro serta memutus rantai keberlangsungan hidup wereng hijau sebaiknya petani menggunakan varietas tahan tungro seperti Inpari 36 Lanrang dan Inpari 37 Lanrang yang sudah teruji ketahanannya terhadap tungro” ujarnya di Jakarta, Jumat (15/10)

Berdasarkan deskripsinya kedua varietas unggul baru yang ditawarkan kepada petani di  Desa Tadang Palie, Kecamatan Cempa, Kabupaten Pinrang yaitu Inpari 36 Lanrang dan 37 Lanrang  memliki karakteristik tahan terhadap tungro. Selain tahan tungro kedua varietas tersebut juga memiliki potensi hasil 9-10 t/ha GKG dengan tekstur nasi pulen. HMSL

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *