Kementerian Pertanian berkomitmen serius untuk mencetak wirausahwan muda pertanian guna percepatan regenerasi petani. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) meyakini generasi milenial yang terjun di sektor pertanian, berpeluang memiliki kehidupan dan ekonomi yang lebih baik. “Apalagi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia maka dunia dalam genggaman kalian,” ujar SYL optimis.
Adalah Kuntaufik Ali Akbar (36 tahun) petani teladan dari Desa Ringgit Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo ini memang patut diacungi jempol. Berkat ketekunan dan keuletan yang dimilikinya, kini ia dapat menghasilkan untung puluhan juta rupiah dalam sebulan. Pasalnya, ia getol menekuni pekerjaan pertanian dari hulu sampai hilir antara lain berbudidaya padi dengan metode SRI, penggemukan sapi, budidaya tanaman hortikultura serta pemasaran padi secara offline dan online.
Pada pertengahan Oktober 2020 lalu bertempat di Balai Desa Ringgit dilakukan penilaian petani teladan tingkat Provinsi Jawa Tengah. Acara ini dihadiri oleh Tim Juri dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (PPKP) Kabupaten Purworejo, Koordinator dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Ngombol, Kepala Desa beserta perangkat Desa Ringgit, perwakilan kelembagaan di Desa Ringgit, Perwakilan UMKM Ngombol, dan lain-lain.
Dalam sambutannya, Hartoyo mengatakan bahwa Kuntaufik layak menjadi juara di Tingkat Provinsi Jawa Tengah karena ia merupakan sosok pribadi yang sangat supel, aktif, enerjik dan tekun menggeluti dunia pertanian.
“Dengan umurnya yang masih tergolong muda, sosok petani seperti Kuntaufik lah yang diharapkan dapat mengembangkan dunia pertanian. Hal ini disebabkan karena perkembangan teknologi pertanian di era 5.0 ini menuntut taruna tani yang handal untuk dapat mengikuti setiap perkembangan teknologi pertanian yang semakin maju. Dengan berkiprahnya Kuntaufik ini, dapat merangkul generasi muda untuk tidak canggung bekerja dan menggantungkan hidup dari dunia pertanian,” ujar Hartoyo
Sementara itu, Maryoto, selaku ketua tim juri juga mengatakan bahwa tujuan penilaian petani berprestasi yaitu memotivasi petani untuk meningkatkan kreatifitas, kinerja dan partisipasinya dalam dunia pertanian sehingga diharapkan produktivitas pertanian dapat meningkat.
Kuntaufik menceritakan bahwa ia mulai menggeluti dunia pertanian sejak tahun 2004. Selepas SMA, ia berfikir untuk memajukan desanya sendiri sehingga tidak mengikuti jejak teman sebayanya yang memilih meninggalkan desanya untuk mencari pekerjaan di luar daerah. Dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada, ia mulai merintis budidaya padi dengan metode SRI. Ia mencari referensi dari PPL dan petani senior tentang cara bertanam padi. Awalnya petani sekitar menganggap remeh inovasi yang dilakukan olehnya, karena merupakan metode baru bagi warga Desa Ringgit. Dengan mengeluarkan biaya yang lebih irit, saat panen ternyata hasil yang diperoleh lebih tinggi produksinya. Hal ini membuat petani lainnya tertarik untuk menggunakan metode yang sama. Selain itu yang menarik, budidaya SRI yang dilakukan oleh Kuntaufik ini, juga menggunakan pupuk dan pestisida nabati untuk mengendalikan hama penyakit pada tanaman padi. Lambat laun, tidak hanya padi putih saja tetapi juga merambah ke padi merah dan padi hitam. Berdasarkan pengalaman yang dimiliknya, pada tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Purworejo melalui Dinas Pertanian menggandengnya untuk menjadi konsultan pertanian organik SRI sampai sekarang. Selain itu ia juga pernah bergabung dengan Kodam I Bukit Barisan Tahun 2015-2016 dengan posisi yang sama yaitu menjadi konsultan pertanian organik.
Selain bercocok tanam padi, Kuntaufik juga melakukan usaha penggemukan sapi. Selama masa penggemukan, ia rutin melakukan perawatan dengan pemberian pakan, konsentrat dan penyuntikan kepada sapi peliharaannya. Selain dapat menjual sapinya, kotorannya dapat digunakan untuk pupuk pada lahan tanaman padi yang dikelolanya.
Tidak hanya padi saja yang ditekuninya, budidaya cabai merah keriting, semangka, melon pun juga pernah digelutinya. Biasanya ia menanam hortikultura pada musim MT III. Sedangkan pada MT I dan MT II biasanya ditanami padi. Dengan berbagai macam usaha pertanian yang digelutinya, maka tak heran apabila dalam sebulan keuntungan yang diperolehnya dapat mencapai puluhan juta rupiah.
Selain aktif di Desanya, Kuntaufik juga aktif di tingkat kecamatan. Hal ini terbukti dengan dipilihnya ia menjadi Ketua KTNA dan Ketua UMKM Kecamatan Ngombol. Tak khayal hal tersebut menjadikan berbagai produk dan olahan pertanian di Kecamatan Ngombol dapat dikenal di luar wilayah bahkan untuk keripik bonggol pisang dapat diekspor ke 4 negara.
Salah satu PPL Kecamatan Ngombol yakni Bakti Woro Haryanti, menceritakan sosok pribadi Kuntaufik merupakan petani yang energik dan multitalenta.
“Dalam menggeluti usaha pertanian dilakukan secara total. Tidak hanya pandai dalam hal budidaya padi saja tetapi komoditas jagung, cabai merah keriting melon, semangka juga ia kuasai. Kuntaufik juga sangat aktif melakukan koordinasi dengan penyuluh pertanian melalui Balai Penyuluhan Petanian (BPP) Kostratani, sehingga rutin melaksanakan penanaman, perawatan dan panen (ubinan) dengan melibatkan penyuluh pertanian di tingkat kecamatan,” ujar Woro.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, Kementan akan terus berupaya meningkatkan peran Kostratani menjadi pusat data dan pusat gerakan pembangunan pertanian, sehingga dapat mendukung petani meningkatkan produktifitas pertanian. “Salah satu peran penting Kostratani adalah menumbuhkan petani milenial. Caranya, dengan peningkatan kapasitas pemuda perdesaan di bidang pertanian, juga pengembangan wirausahawan muda perdesaan,” tukas Dedi. BAKTI/YENI