Berbagai cara terus dilakukan Kementerian Pertanian untuk melakukan regenerasi petani. Salah satunya melalui program YESS. Dalam program ini, kisah-kisah sukses petani milenial diangkat ke permukaan. Salah satunya kisah Jatu Barmawati yang sukses menjadi eksportir. Jatu Barmawati terlahir dari seorang petani di pinggiran Provinsi Lampung.
Wanita berusia 29 tahun ini mengabaikan profesi yang mampu membuatnya menjadi sarjana pertanian di salah satu kampus di DI Yogyakarta. Anggapan miring terhadap profesi petani yang identik dengan kuno, kotor, kumuh, tidak menghasilkan banyak uang berhasil di tepis oleh Jatu Barmawati. Ia menjelma menjadi seorang wirausaha pertanian milenial yang telah sukses mengekspor manggis ke wilayah Eropa.
Jatu bahkan bertekad menjawab tantangan yang umumnya menganggap pekerjaan pertanian dilecehkan, terlebih lagi untuk seorang wanita. “Setelah saya lulus kuliah, image miring profesi petani menjadi tantangan, motivasi dan juga peluang untuk dapat mengembangkan diri saya pribadi dan merubah mindset orang sekitar,” kisah Jatu.
Menurutnya, pertanian itu sustainability sexy, semakin ditekuni semakin penasaran dan menggairahkan. Awalnya, Jatu memberanikan terjun ke dunia pertanian karena memelihat usaha pertanian yang dikelola ayahnya. Dari itulah ia pun tergugah melanjutkan pendidikannya di jurusan pertanian hingga akhirnya mampu menjadi eksportir wanita muda yang cukup dibilang sukses.
Bersama rekannya, Jatu memulai usaha dengan membuat tiga pilar kegiatan yaitu edukasi, RnD serta pengabdian masyarakat. Beberapa even pun diselenggarakan seperti Little Farmers Academy, Earth Camp, serta Healthy Hangout Bazaar. Dari berbagai kegiatan tersebut, komunitas AYO (Agriculture Youth Organization-Community) membuat suatu gerakan untuk mengembangkan produk-produk anggotanya melalui AYOMart sebagai sayap mandiri dalam fund rising. “Profit yang ada dari AYOMart kemudian untuk kegiatan sosial team kami,” ujarnya.
Dalam menjalankan usahanya, Jatu tak sendiri. Selain dukungan dari rekannya yang juga anggota komunitasnya, Jatu mendapat bantuan dan dukungan dari pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian. Salah satunya bantuan program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) yang dimanfaatkan untuk modal usaha mengembangkan usahanya.
Ia menilai, hasil panen komoditas pertanian yang ditanam petani Indonesia memiliki kualitas dan mutu yang sangat baik. Dengan adanya penanganan dan pengelolaan yang lebih baik, Jatu makin yakin produk pertanian Indonesia tidak kalah bersaing dengañ negara lain. “Saya pun mencoba mengikuti pelatihan eksportir, karena menurut saya produk pertanian Indonesia harus dikenal dan menguasai pasar internasional,” ungkap Jatu optimis.
Rasa penasaran untuk terjun dalam bisnis ekspor produk pertanian semakin tinggi. Memberanikan diri untuk mengirim sample manggis ke buyer dan langsung diterima dengan baik menambah optimisme Jatu. Akhirnya orderan turun untuk mengekspor manggis ke Eropa, khususnya Belanda.
Kini usahanya pun semakin berkembang. Dari 1 kg manggis Jatu mampu mencampai omset 5-6 Euro. Kesuksesan itulah yang menjadikan Jatu terpilih menjadi salah satu dari 67 Duta Petani Milenial (DPM)/Duta Petani Andalan (DPA) Kementan. Terpilihnya Jatu dan 66 rekan DPM/DPA lainnya bukan tanpa alasan.
Pengukuhan DPM/DPA ini bertujuan untuk mempercepat regenerasi petani dengan meningkatkan peran generasi muda dalam mengembangkan dan memajukan sektor pertanian agar lebih prospektif dan berpeluang ekspor. Figur-figur sukses pun tak disia-siakan oleh program YESS.
Bagi seorang Jatu, tepilih menjadi Duta Petani Milenial merupakan peluang tersendiri, karena jaringannya semakin luas. Menjadi salah satu DPM membuat Jatu mendapatkan banyak sekali teman dari berbagai provinsi. Termasuk yang siap mendukung dan mengembangkan kerjasama di sektor pertanian, ekspor khususnya. “Dan ini berarti cuan,” celotehnya. Namun, ia tak ingin meraih kesuksesan sendiri. Bersama beberapa rekan DPM/DPA ia berkomitmen untuk mentransfer ilmu dan kesuksesannya dengan pemuda/pemudi di pedesaan yang akan menjadi sasaran program YESS.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa dalam upaya mempercepat regenerasi petani dibutuhkan sosok figur milenial sukses di sektor pertanian. “Dibutuhkan sekelompok anak muda yang memiliki loyalitas dan integritas untuk memajukan pertanian Indonesia. Sudah saatnya pertanian dikelola oleh generasi milenial yang menggunakan kreativitas dan inovasinya, sehingga pertanian ke depan menjadi pertanian maju, mandiri, dan modern yang tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya, tetapi juga berorientasi ekspor,” katanya.
Dedi Nursyamsi menambahkan, saat ini Indonesia telah memiliki banyak petani milenial sekaligus wirausahawan di bidang pertanian. “Sosok-sosok inilah yang akan mendorong tercetaknya petani milenial yang menguasai teknologi pertanian dan bisa menjadi mitra usaha pemuda di pedesaan,” papar Dedi.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan meyakini usaha dan kredibilitas duta milenial di bidang pertanian mampu menggandeng generasi muda untuk mengembangkan dunia pertanian. “Saya makin percaya anak muda yang mau terjun dibidang pertanian bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik. Apalagi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia, dunia dalam genggaman kalian,” tegas Mentan pada saat pengukuhan DPM/DPA beberapa waktu lalu. NL