Sistem panen tradisional pada panen perdana musim tanam Oktober 2020 – Maret 2021 diterapkan Kelompok Tani (Poktan) Saluyu Raksa Tani, di Desa Geredug, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pandeglang, Banten. Sistem ini membuka lapangan kerja dengan memberdayakan buruh panen.
Apresiasi disampaikan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL).
“Program padat karya berbasis pertanian harus menjadi ujung tombak untuk menekan angka kemiskinan, khususnya di desa, serta mengangkat kesejahteraan petani,” katanya.
Mentan SYL berkomitmen menekan angka kemiskinan dan mensejahterakan petani melalui program padat karya berbasis pertanian.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengingatkan bahwa dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian dunia sangatlah besar, termasuk untuk Indonesia.
“Pertanian harus tetap produktif di tengah pandemi. Hal ini menjadi satu keharusan bagi seluruh elemen pertanian,” katanya.
Menurut Dedi Nursyamsi sektor pertanian tergolong sektor yang tangguh dan tetap bisa survive dalam menyediakan pangan dan lapangan kerja bagi masyarakat.
Encep Ukholid, Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani) Kecamatan Bojong, mengatakan panen kali ini pihaknya merekrut buruh panen.
“Ada pemberdayaan dalam kesempatan ini. Saat panen petani merekrut buruh panen. Di musim pandemi pertanian masih memberi lapangan kerja,” tutur Encep Ukholid.
Menurut Encep, Upah yang diterima buruh panen untuk sehari panen padi rata rata Rp 80 ribu – Rp 100 ribu perorang per hari.
Menurutnya, panen sistem borongan 5:1, lima kilogram (kg) kepemilikan lahan satu kg ke buruh panen. Saat mendapat borongan panen padi, para buruh bekerja mulai pukul 07.00 – 16.00 WIB, dan waktu istirahat satu jam di siang hari.
“Upah buruh panen tersebut upah lepas tanpa makan. Makan minum bawa sendiri,” ungkapnya.
Encep menambahkan, produksi panen dari poktan Saluyu Raksa Tani yang diketuai Asepullah ini mencapai 6,8 ton per hektar. Dia menyebutkan, produksi panen rata-rata di kecamatan Bojong 5,8 ton per hektar. Kondisi tersebut dinilainya karena pasokan air yang relatif cukup.
“Dari luas panen 60 ha, 20 ha petani menggunakan Inpari 42 bantuan benih pemerintah tahun 2020. Sisanya benih swadaya varietas Pertiwi,” jelasnya.
Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani berkisar Rp. 4.000 per kilogram (kg). kondisi ini dipicu antara lain menurunnya kualitas gabah yang dihasilkan karena hujan dan tanaman sempat terendam banjir.
Menurut Encep, poktan yang lain menyusul panen raya sekitar bulan Maret.
Ia berharap pada panen selanjutnya petani berharap cuaca bisa lebih baik sehingga kualitas GKP memenuhi kriteria untuk mendapatkan harga tinggi dan menguntungkan petani. REGI/PPMKP