Philodendrom, Kembalikan Petani Muda Ke Desa

Berita, Hortikultura148 Dilihat

Situasi pandemi Covid-19 menyebabkan hijrahnya seorang pemuda untuk kembali ke desanya. Dunia garmen, dunia tekstil ditinggalkan olehnya, namun dunia distribusi, dan dunia media social yang memberikan pengalaman berarti dalam hidupnya tetap mengikuti langkah bisnisnya hingga saat ini.

Moh. Bastomi sosok petani muda milenial, kelahiran Kediri 23 tahun yang lalu sukses mendulang ratusan juta rupiah  per bulan dari ketertarikannya pada florikultur terutama tanaman hias jenis  philodendrom, dan guna memudahkan segala pengurusan administrasi perusahaan dalam pemenuhan permintaan pasar dunia, didirikan perusahan dengan nama yang sama pada tahun 2020. Aneka tanaman hias eksotik pun menjadi andalan bisninya.

Bastomi muda memulai debut bisnisnya tahun 2019 tanpa ada tanaman satupun di rumahnya, dengan modal dan kompetensi yang dimiliki dari hasil kerja sebelumnya terbeli 12 varietas tanaman hias dengan total jumlah tanaman sebanyak 600 tanaman. Kompetensinya dibidang pengiriman barang semakin memperlancar usahanya, dengan bantuan 2 tenaga di pembibitan, 2 tenaga dibagian pengemasan dan pengiriman serta 3 tenaga yang menangani administrasi, hingga kini tetap eksis dalam pemenuhan kebutuhan konsumen, baik konsumen dalam negeri maupun konsumen luar negeri.

Sebagai petani muda, Bastomi memiliki visi “Menjadi produsen resmi dan distributor tanaman terkemuka di Indonesia”, sedangkan misinya adalah menghasilkan berbagai macam tanaman yang berkualitas dengan harga terjangkau dan selalu mengutamakan pelayanan yang terbaik kepada konsumen.
Ia pun memberikan kenyamanan ketika konsumen ingin mengetahui apa saja tanaman yang dimilikinya sekaligus harganya, sehingga konsumen dapat membuka laman web di www.aroidhunter.com.

Penggalian pengalaman dengan tanaman hias ini didasarkan pada banyaknya ketersediaan bahan di wilayah Bastomi dan ingin memberikan pekerjaan pada generasi muda lainnya yang pada saat itu belum memperoleh pekerjaan hasilnya sungguh luar biasa. Anak muda yang melek juga IT dapat memanfaatkannya  sehingga mengangkat nama dan kehidupan ekonomi desa dimana dia berdomisili.

Sekalipun tergolong milenial, bila ditinjau dari aspek manajemen yang diterapkan menunjukkan kemampuannya dalam mengelola SDM yang se usianya untuk tetap bertahan bekerja di perusahaan yang dimiliki.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, bahwa tantangan terbesar saat ini adalah mengajak pemuda untuk terjun ke dunia pertanian yang tidak mudah. Pasalnya pertanian belum menjanjikan kesejahteraan bagi generasi muda sehingga untuk mendapatkan petani milienial yang kompeten dan berdaya saing sangat sulit.

Kondisi inilah yang mendasari Kementerian Pertanian untuk melakukan regenerasi pertanian. “Pertanian sangat terbuka untuk semua usia. Semakin muda semakin kuat, semakin energik, semakin kritis, makin apik kerjanya. Pertanian dengan semangat baru harus diluncurkan. Seperti membangun perilaku baru dan behaviour anak muda untuk mendapatkan pendapatan yang jauh lebih baik dari bidang pertanian,”tegas Dedi Nursyamsi. Nurlela/ Yeni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *