Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan terus melakukan mengembangkan integrasi sawit-sapi. Program tersebut sebagai salah satu cara untuk mendorong populasi sapi di tengah keterbatasan lahan pengembalaan. Namun, meski sudah berjalan cukup lama, tidak banyak perusahaan sawit yang terjun menggarap ternak sapi menjadi bagian usahanya.
Data Ditjen Perkebunan setidaknya ada 12 perusahaan yang telah melakukan integrasi sawit-sapi. Totalnya seluas 109.859 hektar lahan sawit dengan jumlah sapi sebanyak 43.546 ekor yang terdiri dari pembiakan 23.146 ekor dan 20.400 ekor penggemukan.
“Terkait integrasi sawit-sapi, sebetulnya sudah diidentifikasi potensi lahan yang bisa integrasi sapi sawit,” kata Koordinator Kelapa Sawit, Ditjen Perkebunan, Agus Hartono saat FGD Peluang Integrasi Sawit yang digelar di Jakarta, Rabu (2/6).
Ke-12 perusahaan tersebut, yang terbanyak PT. Agro Menara rachmat seluas 50 ribu hektar di Kota Waringin Barat, Kalteng dan Kabupaten Panajam Paser Utara, Kaltim yang beternak sapi sebanyak 17 ribu ekor. Kedua, PT. Buana Karya Bhakti seluas 16 ribu ha di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan dengan populasi ternak 700 ekor.
Dirinya mengatakan, ada beberapa kendala dalam pelaksanaan program integrasi sawit-sapi. Meski sebagian besar perusahaan menyatakan minatnya dalam mendukung pengembangan integrasi sawit sapi, namun secara finansial mereka menganggap belum bisa memberikan keuntungan besar seperti yang diharapkan.
Sebagai tindak lanjut dari kendala tersebut, pemerintah pun mendorong perusahaan mengembangkan pola kemitraan dalam usaha integrasi sawit-sapi dengan pendampingan teknis budidaya, operasional dan bisnis. “Selain itu, perlu adanya insentif bagi pelaku usaha agar usaha ternak sapi di kebun sawit berjalan,” katanya. Humas Ditjenbun