Tanaman porang kini menjadi primadona bagi petani, hal tersebut karena meningkatnya permintaan porang untuk ekspor semakin meningkat. Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pengembangan integrasi kelapa sawit dan tanaman porang dengan pola tumpang sari. Inovasi ini mampu meningkatkan pendapatan petani.
Heru Tri Widarto, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, Ditjen Perkebunan, Kementan mengungkapkan, pola tumpang sari kelapa sawit dengan porang bisa dilakukan terutama pada program peremajaan sawit rakyat (PSR). “Program ini bagus dan bisa diterapkan pada tanaman menghasilkan,” kata Heru pada acara Sosialisasi , Rabu (19/5).
Menurut dia, tumpang sari pada kelapa sawit ini bisa menambah penghasilan petani. “Kita integrasikan dengan PSR, selama menunggu panen bisa mengupayakan tanaman porang, jagung, padi dan kedelai,” terang Heru.
Optimasi lahan dari awalnya monokultur sawit sekarang ditumpang sari dengan tanaman pangan porang atau jagung
Pola tumpang sari kelapa sawit dengan porang ini cocok pada masa peremajaan tanaman (replanting). Sekarang orang mulai terbuka pemikirannya karena replanting sawit harus menunggu selama tiga tahun hingga tanaman panen. Nah ini yang bisa kita integrasikan dengan program PATB Ditjen Tanaman Pangan.
Dia menjelaskan bahwa program tumpang sari tidak hanya ditujukan ke petani sawit swadaya, namun juga petani plasma. “Kami juga sudah berkordinasi dengan Ditjen Tanaman Pangan pada lokasi replanting dengan harapan bisa memanfaatkan lahan-lahan peremajaan itu menjadi perluasan area tanam baru (PATB),” ungkap Heru.
Adapun program PSR mencakup 21 provinsi utamanya Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Selatan. “Provinsi Sumatera menjadi prioritas replanting karena dari sisi luasan lahan juga paling besar untuk kelapa sawitnya,” kata Heru.
Namun tantangan tumpang sari kelapa sawit dengan porang memastikan offtaker atau pembeli produk tersebut. “Orang disuruh tanam porang disela tanaman sawit. Tapi kebetulan disini porang sudah tersedia offtaker-nya,” ujar dia.
Untuk itu, Ditjen Perkebunan mendukung program ini karena menguntungkan petani kelapa sawit. “Saya kira ini ide yang bagus karena pasar porang sudah ada. Kalau kita berkoar-koar tumpang sari, tapi hasilnya tidak ada yang beli akan menjadi sia-sia,” ujar Heru.
Tumpang sari pada progran PSR sudah dimulai sejak 2017 di Kabupaten Siak Provinsi Riau. “Kita sudah tanam jagung dan padi di sela perkebunan kelapa sawit karena dulu pola tanaman kelapa cenderung monokultur,” jelas dia. Humas Ditjenbun