Subang – Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki kembali melepas ekspor ekspor kopi Java Preanger Arabica Speciality, produksi Koperasi Gunung Luhur Berkah ke Arab Saudi sebanyak 150 ton, dengan nilai ekspor sekitar 1 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 14.264.750.313.
Pelepasan ekspor pada hari ini merupakan pelepasan ekspor perdana mencapai 18 ton (satu kontainer) senilai 148.320 dolar AS atau setara dengan Rp. 2.076.480.000, yang selanjutnya akan dilakukan secara bertahap tiap bulan 1 kontainer.
“Ini menjadi bukti bahwa kualitas kopi Indonesia, khususnya yang memiliki Indikasi Geografis (IG) Java Preanger dari Jawa Barat, dapat memenuhi standar kualitas buyer di luar negeri,” tegas Teten dala acara Pelepasan Ekspor Komoditas Kopi Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah sekaligus Percepatan Koperasi Modern Yang Berorientasi Ekspor di Subang, Jawa Barat.
Selain itu, Teten menekankan, “pelepasan ekspor ini juga menjadi contoh konkret bahwa, jika para petani kopi yang awalnya menanam secara sendiri-sendiri di lahan yang terbatas sempit, dapat dikonsolidasikan baik lahan maupun para petani tersebut ke dalam wadah koperasi, sehingga memiliki skala ekonomi dan dapat memenuhi permintaan buyer.”
Menurut Teten, pendekatan seperti ini yang dimaksudkan sebagai upaya strategis, dalam mengembangkan korporatisasi petani melalui koperasi. “Kita perlu dorong, koperasi berperan sebagai konsolidator sekaligus agregator, yaitu di samping konsolidasi petani dan lahan, koperasi juga menjadi offtaker pertama yang membeli hasil panen, mengolah dan menjalin kemitraan usaha dengan buyer,” jelas Teten.
Sebagai koperasi eksportir, Teten berharap “ekspor kali ini menjadi momentum bagi gerakan Koperasi Indonesia lainnya, khususnya di provinsi Jawa Barat dan kabupaten Subang, untuk segera bangkit dan menangkap peluang-peluang pasar yang masih terbuka luas untuk produk-produk pangan Tanah Air.”
Namun kendala ekspor koperasi terkait ketersediaan serta biaya kontainer yang tinggi, terlebih saat pandemi Covid-19, Teten bilang hal tersebut tetap menjadi perhatian pemerintah. Di mana dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) juga berkoordinasi dengan Kemendag, Bea Cukai dan pihak terkait lainnya.
“Ini sedang sama-sama kami teliti dan dipelajari bagaimana di negara lain juga mengalami kesulitan ekspor terkait kontainer. Apakah nanti akan ada insentif atau seperti apa,” jelas Teten.
Yang perlu diapresiasi dari ekspor kopi oleh Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah ini pun tetap bisa diatasi walau kesulitan kontainer bahkan harganya naik hingga tiga kali lipat. “Atas bantuan banyak pihak, bersyukur ekspor tetap berjalan. Ini yang harus kita bantu bersama-sama dengan berkolaborasi,” ucap Teten.
Ketua Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah, Miftahudin Shaf menyambut baik atas perhatian KemenKopUKM yang senantiasa hadir mendampingi dan membuka akses pembiayaan bagi koperasi binaannya.
“Kami juga di-support dari berbagai pihak termasuk Bank Indonesia (BI), bagaimana menjadi agregator kopi di Jabar, sehingga kami mendapat pasokan bahan baku yang diambil dari Garut,” kata Miftahudin.
KemenKopUKM, lanjut Miftahudin, juga terus membantu pendampingan dan menghubungkan dengan Agritera yang merupakan NGO internasional. “Kami juga difasilitasi berbagai sertifikasi untuk ekspor. Sehingga ke depan kami bukan hanya bisa mengekspor bahan mentah kopi saja, saja tetapi juga lahan, sehinhga membuat nilai tambah yang lebih besar. Setelah ini kami rencana prospek ekspor ke Belanda,” jelas Miftahudin.
Sementara dalam mengembangkan pasar di dalam negeri, Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah juga difasilitasi pameran oleh KemenKopUKM, agar tetap eksis di pasar lokal. Selain itu pihaknya juga melakukan digitalisasi koperasi untuk budidaya kopi oleh kementerian, sehingga kegiatan usahanya memang fokus perkebunan dari hulu ke hilir. Humas Ditjenbun